
Do Hyun berteriak kesakitan karena tangannya dicengkram keras oleh Ri Jin. Sambil berputar-putar ia mencoba untk melepaskan tangannya dari Ri Jin tapi tetap saja Ri Jin tetap kembali mencengkramnya. Sek. Ahn mencoba membantu tapi sepertinya ia tak bisa berbuat apapun. “Lepaskan!....Keterlaluan!.... Sakit!!!!!” teriak Do Hyun melepaskan tangan dari Ri Jin “Shin Se Gi?” ucap Sek Ahn dan Ri Jin kaget mendengar Do Hyun yg berteriak pd mereka. “Aku Cha Do Hyun!” teriak Do Hyun memberitahu kalau ia masih sadar. Ri Jin berpikir Do Hyun sudah berubah jadi Tuan Shin karena melihat Do Hyun yg marah. Sek Ahn jg berbisik kalau Ini pertama kalinya melihat Do Hyun begitu marah. Ri Jin berpikir kalau Do Hyun itu pemalu tapi ternyata Do Hyun lebih pemarah dari yg ia kira. “Hati-hati. Jika dia stress / tekanan darahnya naik, kepribadian lainnya bisa muncul.” pesan Sek Ahn berjaga-jaga. Ri Jin mengerti “Apa yg kalian berdua lakukan?” teriak Do Hyun kesal karena keduanya saling berbisik. “Kau lihat tadi dia merasa kesal?” tanya Ri Jin, Sek Ahn mengatakan ia melihatnya walaupun hanya sedikit “Aku tak kesal!” teriak Do Hyun “Tidak apa-apa. Bukan hal memalukan untk mengungkapkan perasaanmu. Jika kau merasa terganggu lalu merasa kesal. Itu normal. Kau melakukannya dgn baik.” ucap Ri Jin dgn mengangkat jempolnya, Sek Ahn jg mengangguk-angguk setuju. “Aku tak merasa kesal! Kubilang tidak!” teriak Do Hyun. Ri Jin dan Sek Ahn melangkah mundur dgn wajah ketakutan, keduanya berbarengan berpikir itu Shin Se Gi, dgn kesal Do Hyun berteriak kalau ia adalah Do Hyun.

Ri Jin sudah duduk di ruang tamu, Do Hyun sudah membawa kardus yg berisi filenya. “Ini adalah laporan kepribadianku yg lain, karakteristik, ciri, dan pola perilaku mereka.” ucap Do Hyun memberikan satu file di atas meja. Ri Jin mengerti. “Ini adalah catatan psikoterapi yg dilakukan Dr. Seok Ho Pil. Ini catatan dari psikiater lainnya. Ini semua berkas-berkas selama proses pengobatanku.” jelas Do Hyun melempar beberapa file di depannya “Dan ni adalah buku harianku, yg kutulis tiap hari selama 11 tahun.” ucap Do Hyun memperlihatkan kardus besar pd Ri Jin. Ri Jin melonggo melihat semua berkas yg harus ia pelajari. Do Hyun tersenyum duduk di depan Ri Jin, ia tahu ada banyak sekali tapi menurutnya Ri Jin tak perlu membaca semuanya hanya perlu periksa saja beberapa bagian dan ringkasan bulanan. Ri Jin yg mendengarnya merasa terhibur. “Aku akan memeriksanya setelah merapihkan barang-barangku. Oh, ya. Dimana tempat tinggalku? Apa dekat sini?” tanya Ri Jin Sek Ahn datang dgn membawakan minuman untk mereka. Do Hyun bertanya pd Sek Ahn, apakah ia belum memberitahu Ri Jin dimana tempat tinggalnya. Sek Ahn menarih nampan diatas kardus mengatakan ia sudah mengirimkan kontrak ke ponselnya, tapi ia pikir Ri Jin belum memeriksanya karena terburu-buru. Do Hyun meminta Sek Ahn menjelaskan padanya.

“Seperti yg kau tahu, sampai pertemuan pemegang saham, Presdir harus sangat berhati-hati. Makanya, kau Oh Ri Jin sebagai psikiater rahasia harus menjaga Wakil Presdir 24 jam. Dengan kata lain, kau harus tinggal di sini bersamanya.” jelas Sek Ahn “Itu... Itu artinya... Maksudmu aku harus tinggal dengannya?” ucap Ri Jin dgn sedikit terbata-bata. “Se Gi dan Ferry senang minum bir di malam hari. Aku tak tahu kapan Yo Sub akan mencoba bunuh diri lagi. dan aku tak tenang tiap aku tidur.” jelas Do Hyun “Apakah aku dukun yg menangkal nasib buruk? Kenapa aku harus mengawasimu tidur?” teriak Ri Jin tak terima “Tidak perlu duduk di sampingku untk mengawasiku. Kau hanya perlu berurusan dgn situasi darurat saat mereka muncul.” jelas Do Hyun dgn tenang. Ri Jin sedikit gugup mengatakan kalau menurutnya tak masalah mengawasi Do Hyun 24 jam didalam rumah tapi bagaiaan cara ia mengawasinya apabila ada di tempat kerja. Ia pikir bisa melakukannya dgn CCTV. Do Hyun bertanya kembali apakah Sek Ahn sudah menjelaskan padanya. Sek Ahn mengatakan ia sudah mengirim kontraknya lewat telepon. Do Hyun meminta Sek Ahn untu menjelaskan padanya. “Kau harus melakukan penyamaran...” ucap Sek Ahn “Apa maksudmu 'penyamaran'?” teriak Ri Jin binggung, Do Hyun sedikit tersenyum lalu menahannya dgn berpura melihat ke langit-langit. “Apa itu? Kenapa aku harus melakukan penyamaran?” teriak Ri Jin

Do Hyun mengantar Sek Ahn pulang, ia meminta Sek Ahn untk memberitahu perusahan kalau ia akan berkera di luar kantor sementara waktu karena menurutny Ri Jin perlu tahu tentang situasinya. Sek Ahn mengerti, terdengar teriak Ri Jin dari dlm rumah “Tidak mungkin. Ini penipuan kontrak! Ini kontrak perbudakan!” teriak Ri Jin yg baru membaca kontrak kerja yg buat Do Hyun untuknya. Sek Ahn dan Do Hyun menahan tawa mendengar teriakan Ri Jin. Se Ahn yakin Ri Jin baru mengecek tentang kontrak kerja mereka. Do Hyun bertanya mencoba menyakinkan apakah Ri Jin tak akan mengubahnya. Sek Ahn berhenti melangkah menatap Do Hyun serius. “Jika dia ingin perubahan kontrak, Anda ingin dia pergi? Anda tak membiarkannya mendekat / merasakan yg Anda rasakan. Dan Anda jg akan menggajinya. Apakah Anda yakin?” tanya Sek Ahn “Apa yg ingin kau katakan?” tanya Do Hyun balik “Setelah melihat Anda menahan perasaan dan bekerja keras untk biasa saja... saya melihat Anda kesal tadi.” jelas Sek Ahn “Aku tak kesal.” ungkap Do Hyun “Ini pertama kalinya setelah 11 tahun. Seseorang membuat Anda putus asa seperti itu. Itulah mengapa... jangan kehilangan dia.” pesan Sek Ahn dgn senyumanya.

Do Hyun terdiam mengantarkan Sek Ahn menaiki mobilnya. Tiba-tiba ia berteriak memanggil Ri Jin dan Ri Jin ternyata sudah ada di luar dgn membawa kopernya. Ri Jin kesal karena ia kabur dan ketahuan. Tapi dgn kekuatannya ia mencoba berlari untk kabur tapi ia tak bisa karena Do Hyun sudah menahan tasnya. “Kau...mau pergi ke mana?” ucap Do Hyun “Maafkan aku. Aku tak berpikir matang-matang. Aku hanya merasa perlu memberimu konsultasi selama satu jam dan mengunjungimu di situasi darurat. Aku tak tahu kalau aku harus tinggal bersama dan berpura-pura menjadi sekretarismu. Aku rasa aku tak bisa melakukannya. Demikian.” jelas Ri Jin dgn cepat dan berusaha untk berlari. Do Hyun menariknya dgn kasar, dgn wajah ketakutan berpikir itu Shin Se Gi yg menariknya dgn kasar. Do Hyun menarik Ri Jin lebih dekat kalau ia adalah Do Hyun.

Do Hyun menarik tas Ri Jin masuk ke dlm dan tangan kirinya menarik koper. Ri Jin binggung karena Do Hyun bersikap kasar tak seperti yg ia duga. Ia berteriak pd Do Hyun untk melepaskan dan berbicara baik-baik. Do Hyun menarik Ri Jin lalu mendorongnya duduk di sofa. “Apa ada undang-undang yg membolehkan dokter meninggalkan pasiennya?” tanya Do Hyun mengancam “Ini kontrak perbudakan!” teriak Ri Jin kesal “Itu jg salahmu, kau mengulurkan tangan tanpa membaca kontrak.” tegas Do Hyun

Ri Jin berdiri kesal dan wajah mengejek Do Hyun, menurutnya ia yg menyelamatkan orang yg tenggelam, tapi Do Hyun menunjukkan tali ikatanmu. Do Hyun mengatakan kalau Ri Jin salah “Memang benar kalau aku tenggelam tapi kau belum menyelamatkanku. Aku sudah membantumu setelah mengulurkan bundelan talinya.” jelas Do Hyun “Bundelan tali? Apa maksudmu?” tanya Ri Jin binggung “Upah kontrak yg kukirim ke emailmu. Kau belum membacanya?” ucap Do Hyun Ri Jin membuka email dlm ponselnya, matanya melotot dan berteriak melihat nominal uang yg akan ia dapatkan dari Do Hyun. Setelah itu ia berusaha untk cuek memasukan kembali ke dlm kantung jaketnya. “Bukannya sudah kuberi tahu? Semua orang yg tahu rahasiaku menjadi kaya raya.” ucap Do Hyun bangga “Apa kau sedang membual dgn uangmu?” umpat Ri Jin kesal “Jika kau akan menyamar sebagai sekretarisku juga, aku akan menggandakannya.” balas Do Hyun mencoba mengoda Ri Jin dgn uangnya. “Oh...orang ini, sungguh! Apakah aku seperti tokoh utama wanita di drama komedi yg melakukan pernikahan palsu karena terlilit hutang?” teriak Ri Jin

Dengan tegas ia menolak permintaan dari Do Hyun sebagai sekertaris dan akan pergi. Do Hyun mengatakan ia menjadikan gajinya 3 kali lipat. Ri Jin melotot kembali lagi ke depan Do Hyun. “Jangan salah paham. Aku tak melakukan ni karena terkejut. Hanya saja kakiku sedikit keram. Asal tahu saja. Demikian... selamat tinggal... dah!” ucap Ri Jin gengsi tapi merasa perlu jg uang. Do Hyun kembali menarik tas ransel Ri Jin sampai kembali bertatap muka dengannya. “Bukannya sudah kubilang? Ketika kau sudah menggenggam tanganku, kau tak bisa kembali. Aku tak bisa membiarkanmu pergi. Bahkan jika sebuah bola datang padaku, takkan aku kembalikan.” tegas Do Hyun Ri Jin berteriak kesakitan, Do Hyun mendudukan Ri Jin di sofa. Ri Jin mengumpat menurutnya ni keterlaluan karena tiba-tiba kakinya menjadi keram. Do Hyun tersenyum kalau ia tahu hal itu. Ri Jin menunjuk kakinya yg keram, dgn baik hati Do Hyun mencoba membantu supaya kaki Ri Jin tak keram lagi. “Aku tak apa-apa. Kenapa kau melakukan ini?” ucap Ri Jin malu-malu mencoba melepaskan kakinya yg di pegang Do Hyun. “Aku meniru Se Gi.” jawab Do Hyun, Ri Jin tertawa mendengar jawaban Do Hyun.

Sek Ahn menemui Nyonya Seo di ruang kerjanya. Nyonya Seo bertanya tentang Sek Ahn yg memberi Do Hyun seorang psikiater rahasia. Do Hyun membenarkannya, tentang Do Hyun. “Apakah dia bisa dipercaya?” tanya Nyonya Seo Sambil membuka kacamatanya “Dia orang yg dibutuhkan wakil Presdir lebih dari siapapun.” jelas Sek Ahn “Selidiki latar belakangnya. Bahkan setitik debu tak boleh keluar.” perintah Nyonya Seo Sek Ahn mengatakan kalau Psikiater itu bersih. Nyonya Seo dgn nada mengancam akan mencari orang lain yg mau menyelidiki latar belakangnya. Sek Ahn akhirnya akan melakukan perintah majikannya. Nyonya Seo lalu menyuruh Sek Ahn keluar dari ruangannya tapi Sek Ahn masih berdiri tak meninggalkannya. “Aku menyuruhmu keluar, kenapa kau masih di sini?”ucap Nyonya Seo menyindir “Apakah Anda sudah tahu apa yg terjadi pd wakil presdir Atau Anda benar-benar tak mau tahu?” tanya Sek Ahn dgn wajah kasihan pd Do Hyun “Apa yg akan kau lakukan jika aku tahu? Jika aku tahu, maka ada satu mulut yg perlu diwaspadai.” tegas Nyonya Seo “Jadi Kau sudah tahu?” ucap Sek Ahn tak percaya “Alasan mengapa aku menyekolahkanmu dan mempekerjakanmu... bukan cuma karena kau punya otak cerdas. itu karena Kemampuanmu menjaga rahasialah yg paling utama.” jelas Nyonya Seo Sek Ahn meminta maaf karena bertanya langsung dgn lancang. Nyonya Seo memperingatkan Sek Ahn nanti Akan ada tangan yg diulurkan orang lain padanya tapi ia meminta Sek Ahn tak menggenggamnya dan tetaplah di sisi Do Hyun dan menurutnya itu akan berguna. Sek Ahn seperti berpikir siapa orangnya.

Ki Joon duduk di depan mejanya sambil mengingat pembicaraannya dgn Dr Seok sebelumnya. “Kau berkesimpulan seakan ada yg salah dgn dirinya.” ucap Dr Seo Ki Joon mengingat saat di club ia melihat Do Hyun dgn gaya seperti preman dgn jaket kulit dan jg ada tanda merah di lehernya. “Aku telah menyaksikan banyak sisinya yg berbeda, Dia meninggalkan klub dgn sorotan mata yg berbeda seperti orang lain” cerita Ki Joon Ia jg mengingat saat rapat tangan Do Hyun yg mengalirkan darah seperti menahan sakit dan terlihat tegang saat ia berbisik padanya. “Atau jika aku menyebutkan situasinya, dia akan tergguncang. Tampaknya, apa yg saya pikirkan perlu diwaspadai” ucap Ki Joon pd Dr Seok

Flash Back Dr Seok menjelaskan kalau itu bisa dibedakan dgn niatnya. Ki Joon menduga Do Hyun itu percandu narkoba / alkohol. Dr Seok mencoba menutupinya dgn mengatakan kalau mungkin saja salah satunya dan ia pikir Ki Joon akan puas dgn hal itu. “Jika bukan, lalu apa masalahnya?” tanya Ki Joon penasaran “Aku sebagai seorang psikiater, tak ada yg bisa kukatakan. Tuan Cha hanyalah salah satu dari banyak siswa yg aku ajari di perguruan tinggi.” jawab Dr Seok

Ki Joon ngedumel karena ia tahu mulut Dokter Seok sudah ditutup oleh Sekretaris Ahn. “Dia menyingkirkan gadis yg dikencaninya di Amerika. Sekarang dia bertunangan sebelum pertemuan para pemegang saham. Sangat bagus, Cha Do Hyun.” ujar Ki Joon berbicara sendiri. Ponselnya berbunyi, ia mendapatkan telp dari Ji Sung yg membahas tentang Chae Yoon dgn dirinya. Ki Joon mengatakan kalau mereka baik-baik saja dan tak ada masalah. Ji Sung sepertinya membicarakan tentang sikap Chae Yoon saat ia kencan buta dgn Do Hyun. Mata Ki Joon melotot kaget mendengar cerita Ji Sung.

Chae Yoon membanting gelas wine di atas meja dan merasa ia tak perlu untk melakukannya. Ki Joon memberitahu kalau Chae Yoon sudah bersikap kasar, lalu memberikan kantung belanjaan berisi tas mahal. “Berikan Ji Sun hadiah ni dan minta maaf, jadi gosipnya tak menyebar.” perintah Ki Joon “Gosip apa?” tanya Chae Yoon “Jangan tanya. Jangan tanyakan hal itu dan lakukan saja perintahku.” ucap Ki Joon sambil meminum winenya. Chae Yoon mengambil ponselnya, Ki Joon heran dgn yg di lakukan tunangannya. Chae Yoon menjelaskan dirinya ingin bertanya gossip apa dan mendengar langsung dari Ji Sung. Ki Joon langsung mengambil ponsel Chae Yoon dan berdiri dari tempat duduknya.

“Gosipnya adalah kau menjadi anjing yg mengejar ayam. Kau puas?” teriak Ki Joon yg akhirnya menceritakan gosip yg beredar. Chae Yoon belum mengerti dgn ungkapan yg dibuat Ki Joon. “Saat Cha Do Hyun menjadi pewaris utama, matamu berbalik dan mulai resah. Karena kau tak tahan Cha Do Hyun jadi milik orang lain. Kau pergi ke kencan butanya dan membuat keributan, tapi Cha Do Hyun mengabaikanmu. Tapi tunangannya Chae Yeon itu adalah sepupunya Cha Do Hyun!” teriak Ki Joon kesal. “Skenario itu seperti pembunuh, sungguh tak percaya .” komentar Chae Yoon Ki Joon pikir kalau Chae Yoo itu mengatakan hal lebih keji dan haruskan ia menulis lebih banyak drama dgn mulutnya. Chae Yoon akhirnya ikut berdiri menatap tunangannya.

“Itu karena aku tak tahan melihat Do Hyun menginginkan saham Ji Sun, dia sudah punya pacar. Aku melakukannya demi Ji Sun!” jelas Chae Yoon dgn nada tinggi “Bukan itu masalahnya!” teriak Ki Joon semakin marah “ Orang-orang hanya mengingat hal-hal provokasi.” tegas Ki Joon “Kelihatannya kau jg begitu.” ejek Chae Yoon “Tak ada gunanya bicara lagi. Ayo tunangan. Dengan begitu, singkirkan gosip ini.” tegas Ki Joon “Oppa, inikah caramu melamarku?!” teriak Chae Yoon kesal dgn sikap Ki Joon Ki Joon membanting ponsel Chae Yoon diatas tempat tidur dgn mata melotot ia pikir Chae Yoon mengingikan dirinya menyanyikan sebuah lagu, Memanggil paduan suara / Mengadakan kembang api “Orang yg merusak pertunanganku, yg harusnya dirayakan dan jadi pusat perhatian, adalah kau.” teriak Ki Joon penuh amarah. “Pertunanganku?” ucap Chae Yoon tak suka dgn kalimat itu. “Kau membuat dirimu jadi gosip yg menyebar. Kau bahkan menyeretku jg dan membuatku dlm masalah!” teriak Ki Joon Chae Yoon menyindir Ki Joon yg merasa sangat hebat dan selalu merasa orang-orang memperhatikannya dan mencintaimu. Ki Joon menegaskan Akan ada berita yg dirilis tim promosi besok lalu mengambil jasnya dan akan pergi. “Sampai pertemuan pemegang saham, aku tak mau bertunangan.” teriak Chae Yoon menolak. Ki Joon kembali menengok pd Chae Yoon “Jika kau akan bertunangan, apa cuma kau yg memutuskan? Keyakinan macam apa itu? Aku yg akan memutuskan tanggalnya.” tegas Chae Yoo, Ki Joon menatap Chae Yoon dgn mata berkaca-kaca

Gambar kepribadian Do Hyun terlihat dlm slide, Ri Jin duduk sambil mencatat semua perkataan Do Hyun. “Mulai sekarang, yg perlu dipelajari adalah perbedaan tiap kepribadian dan sifat mereka. Dengan begitu, jika mereka muncul kau tak akan kaget dan bisa menangani situasinya.” jelas Do Hyun sambil memperlihatakan slide dgn masing – masing penjelasannya. “Aku belum bertemu Nana dan Yo Na. Kepribadian macam apa mereka?” tanya Ri Jin “Nana adalah kepribadian baru yg muncul belakangan ini, jadi aku belum memahaminya dgn pasti. Yo Na... Yo Na...” Do Hyun binggung menjelaskan tentang Yo Na “Yo Na pasti tak mudah ditangani juga.” ucap Ri Jin melihat Do Hyun yg sulit menjelaskan tentang Yo Na

Do Hyun jg memperlihatkan slide tentang silsilah keluarganya ada nenek dan pamannya. “Mereka adalah orang-orang dimana aku harus berhati-hati. Jika aku menunjukkan penyakitku di depan mereka kau harus menggunakan metode apapun untk menghentikanku. Jika situasi tak mendukung, ikatlah aku dgn tali. Jangan sampai kehilangan diriku.” perintah Do Hyun Ri Jin memberikan hormat pd Do Hyun dan mengatakan ia mengerti seperti memberikan laporan pd komandan tentara. Do Hyun tersenyum pd Ri Jin, terlihat Ri Jin yg gugup karena Do Hyun memberikan senyumannya.

Do Hyun kembali mengingat perkataan Sek Ahn saat ada didepan rumahnya. “Anda tak membiarkannya mendekat. Anda tak membiarkannya merasakan emosi yg Anda rasakan Anda akan menggajinya. Apa Anda yakin?” ucap Sek Ahn Do Hyun menghela nafas dan kembali menatap Ri Jin. Terlihat Ri Jin semakin gugup karena Do Hyun menatapnya lalu mengalihkan pandanganya pd slide dan berteriak kalau wanita di depannya itu cantik sekali. Ada gambar Chae Yoon dan jg Ki Joon. “Tunangan Presdir Cha Ki Joon dan teman masa kecilmu? Hei, dia sangat cantik, tak mungkin dia hanya teman. Beri tahu padaku... kau menyukainya, kan?” goda Ri Jin Do Hyun tak menjawab hanya menatap Ri Jin lalu kembali menatap gambar Chae Yoon terdengar bunyi bel rumahnya.

Do Hyun membuka pintu melihat Chae Yoon yg menatapnya dgn mata merah, ia keluar dan menutup kembali pintu rumahnya. Chae Yoon mengajak Do Hyun untk masuk dan berbicara di dalam, Do Hyun menarik Chae Yoon untk berbicara di depan saja. “Mengapa kau melakukan ni padaku?” teriak Chae Yoon yg tak bisa menahan amarahnya. “Kau berada di depan rumahku. Pelankan suaramu.” pinta Do Hyun “Siapa kau? Siapa kau membuatku menjadi tokoh utama dlm drama? Kau pikir kau siapa sehingga bisa menginjak harga diriku?!” ucap Chae Yoon sambil memukul Do Hyun perlahan. Do Hyun menahan pukulan Chae Yoon dgn memegang tangannya dan mencoba menyadarkannya. Di dlm Ri Jin menguping dari balik pintu pembicaran keduanya dgn wajah binggung.

“Kau bilang akulah cinta pertamamu dan kau menyukaiku Tapi mengapa kau berubah? Kenapa kau bertingkah seperti pengecut? Apa karena Ki Joon oppa? Kau pikir tak mungkin aku meninggalkan Ki Joon demi dirimu?” ucap Chae Yoon Do Hyun kembali mencoba membuat Chae Yoon tenang. Chae Yoon bertanya sebenarnya siapa yg ada dihati Do Hyun lalu menduga kalau itu adalah Ri Jin / Ji Sung. Ri Jin yg mendengar namanya di sebut langsung melonggo di balik pintu rumah Do Hyun. “Jika bukan seperti itu ... bukankah aku cukup meninggalkan Ki Joon?” ucap Chae Yoon yg mengharapkan cinta Do Hyun. Ri Jin mencoba kembali mendengarkan perkataan Do Hyun dan Chae Yoon di luar. Chae Yoon berteriak meminta Do Hyun untk menjawab pertanyaan dgn cepat. Do Hyun bertanya apakah Chae Yoon sungguh ingin tahu jawabannya. “Oh Ri Jin! Keluarlah!!!” teriak Do Hyun Ri Jin yg kaget mendengar namanya di panggil mencoba kabur tapi Do Hyun seperti punya telepati menyuruh Ri Jin cepat keluar sekarang. Ri Jin binggung sebenarnya apa yg sedang di lakukan Do Hyun sekarang.Do Hyun kembali memanggil Ri Jin dan akhirnya Ri Jin keluar pintu dgn mengintip lebih dulu apa yg terjadi diluar.

Ia berdiri di samping Do Hyun sambil menyapa Chae Yoon. Mata Chae Yoon melirik sinis pd Ri Jin dan Ri Jin berusaha menjelaskan tapi Do Hyun sudah menariknya lebih dekat. “Apa ni menjawab pertanyaanmu?” ucap Do Hyun Chae Yoon melirik ke arah Ri Jin lalu pd Do Hyun dan melayangkan tamparannya. Chae Yoon sedikit menghindar tapi tamparan itu ternyata tertuju pd Do Hyun. Ri Jin terlihat binggung dan tak percaya dgn yg ia lihat “Permisi! Aku pikir kau salah paham.” ucap Ri Jin tapi Chae Yoon sudah keburu pergi. Ri Jin berusaha mengejarnya untk menjelaskan tapi Do Hyun menahan untk tak perlu mengejarnya. Chae Yoon masuk ke dlm mobilnya dan meninggalkan rumah Do Hyun. Setelah mobil Chae Yoon menjauh, Do Hyun melepaskan tangannya pd Ri Jin. Dengan wajah binggung Ri Jin menanyakan keadaan Do Hyun. Tapi Do Hyun hanya terdiam, Ri Jin mengajak Do Hyun untk minum bersama sebagai teman. Do Hyun memilih untk mengakhiri pelajaran hari ni lalu masuk ke dlm rumahnya. Ri Jin menatap sedih melihat sikap Do Hyun seperti menutup perasannya pd Chae Yoon.

Pagi hari di rumah keluarga Oh Ri On sarapan dgn lahap di meja makan tapi kedua orang taunya seperti tak nafsu makan setelah kepergian Ri Jin ke Amerika. Ayah Ri Jin berpikir tentang Ri Jin yg tiba di Amerika. Ibu Ri Jin tak tahu, ia berpikir apakah anaknya itu sudah membawa semua barang dan tak ada yg tertinggal, menurutanya dgn memikirkan hal itu membuatnya tak fokus hari ini. Ayah Ri Jin heran melihat Ri On yg terlihat tak sedih dan makan dgn lahapnya, bahkan ia meminta sup milik ayahnya kalau memang ayahnya tak mau memakannya. “Anak nakal! Adikmu pergi ke negeri yg jauh, kau tak sedih?!” teriak ayahnya. Ri On melihat kedua orang tuanya yg berwajah sedih. “Hanya 6 bulan dan kalian sungguh sangat berlebihan.... Kalian berlebihan dan terlalu mengkhawatirkannya! Itulah kenapa dia baik-baik saja di luar tapi berantakan di dalam. Itulah kenapa dia pikir luka orang lain adalah lukanya juga!” ungkap Ri On Lalu ia memakan sup milik ayahnya dan menyeruputanya dan mengatakan dirinya sudah kenyang. Sambil berdiri di meja makan memberitahu kedua orang tuanya kalau ia akan menulis naskah dan meminta jangan menemuinya. “Aku takkan menemuimu. Kenapa aku harus menemuimu?! Bocah nakal. Kenapa dia mengambil sup orang lain?” umpat ayahnya kesal. Ibu Ri Jin memicingkan matanya pd anaknya yg buru-buru kembali ke kamarnya.

Ri On membuka laptopnya, membuka folder di depan layarnya. Terlihat foto anak perempuan yg terlihat malu-malu dgn seorang anak laki-laki. Flashback Si anak perempuan terlihat tak diri sambil mengerak-gerakan kakinya seperti ayam yg sedang mengais tanah. Seorang pria menyuruh keduanya untk tersenyum mengambil gambar tapi keduanya terlihat belum begitu kenal. Ternyata pria itu ayah Ri Jin dan ibunya yg ingin mengambil gambar keduanya. “Kalau kau tersenyum, pasti bagus. Kenapa tak tersenyum?” komentar Ayah Ri Jin, istrinya mendatangi keduanya sambil memeluk erat. “Mulai sekarang, kalian berdua adalah kakak adik. Kalian berdua saudara kembar. Bagus, bukan? Menyenangkan, bukan?” ucap Ibu Ri Jin sambil mengucang-guncangkan kedua anaknya. “Sini, Ri On adalah oppa dan Ri Jin adiknya. kalian berdua. Mulai sekarang, akurlah” ucap Ayah Ri Jin sambil menyuruh keduanya saling bersalaman. Ayah Ri Jin kembali mengajak keduanya untk kembali berfoto bersama. Mata Ri On melirik sinis pd Ri Jin sementara Ri Jin memberikan senyuman manisnya pd kakaknya. Ri On melepaskan tangan Ri Jin lalu mendorongnya sampai terjatuh. Ibu Ri Jin kaget meliaht Ri On yg mendorong Ri Jin sampai terjatuh. Ayah Ri Jin mencoba membangunkan Ri Jin sementara ibu Ri Jin mencoba menenangkan Ri On yg bersikap kasar pd adiknya. Tiba-tiba Ri Jin langsung menyeruduk Ri On dgn kepalanya, kedua orang tuanya mencoba untu misahkan keduanya. Mata Ri Jin menatap sinis pd kakaknya begitu jg Ri On yg melotot melihat adiknya. Ri On tersenyum mengingat semua kenangannya engan Ri Jin saat mereka masih sangat kecil.

Ia pindah ke folder foto lainnya, saat mereka masih SMA, Foto saat Ri Jin dgn kekuataannya memiting kepala kakaknya. Flash Back Saat SMA, Ri On seperti menjadi bintang yg banyak di kejar pengemar, dgn mengunakan skateboard ia berjalan dilorong sambil memasukan tangan di saku rompinya. Wajahanya tersenyum sumringah tapi beberapa saat kemudian ada tangan yg menarik lehernya. “Hey, Ri Jin. Dik, lepaskan aku dan bicara. Lepaskan.” teriak Ri On yg kesakitan, Ri On melepaskanya tapi ia kembali menarik leher Ri On dgn kasar. “Mati kau! Kau mencuri PR-ku yg kukerjakan semalaman? Mati kau!!!” umpat Ri Jin Ri On mencoba menjelaskan tapi Ri Jin sudah tahu kalau kakaknya itu yg sudah mencuri PRnya. Tiba-tiba Ri Jin melepaskan tangannya, dgn mata melotot dan berkedip-kedip terlihat sangat sumringah. Ri On mengeluh telah membesarkan adiknya terlalu ketat. Ri Jin seperti tak mengubris pekataan kakaknya menatap seorang pria tampan yg ada berjalan di depannya. Ia memberikan senyuma lalu memoyongkan bibirnya dgn tangan di pipi berharap si pria memberikan ciuman padanya. Tapi ternyata si pria berjalan begitu saja tanpa mengubris Ri Jin. Akhirnya Ri Jin hanya bisa menghela nafas karena dirinya diabaikan dan Ri On bersedih karena sang adik diabaikan oleh seorang pria.

Keduanya berjalan ke perpustakaan engan dua tangan yg masuk ke dlm saku rompi seperti boneka-boneka tali. “Dia tak kasar! Itu karena dia malu. Apa kau tahu bagaimana dia memperlakukanku saat kita sendirian?” komentar Ri Jin dgn pria yg ia suka “ Hei, dia tertarik padamu karena waktu itu masa ujian. Demi meminjam catatanmu.” jelas Ri On menyadarkan adiknya “Itu karena tujuan kita sama, kita ingin ke universitas yg sama” ucap Ri Jin “Orang itu dpt rangking lebih rendah darimu, Dia melihatku seakan-akan aku musuh orang tuanya.” komentar Ri On mengejek Tak sengaja mata Ri On melihat dari sela-sela rak, ada pria idaman Ri Jin sedang bersama seorang wanita lalu mereka berciuman. Ri On berusaha untk menutupi sela rak dgn tangan dan tubuh panjangnya karena Ri Jin kembali berjalan. “ Hei, kau tak tahu apa-apa karena pertumbuhanmu lamban. Emosi seorang laki-laki dan perempuan...” ucap Ri Jin Belum selesai Ri Jin berbicara, Ri On langsung menarik Ri Jin untk bersandar di rak buku supaya tak melihat apa yg terjadi di belakangnya. Ri Jin kesal karena kakaknya itu mengagetkan saja. Ri On mengintip sambil berpura-pura mengambil buku dan memperlihatkan pd adiknya. Ri Jin yg kesal mengatakan itu bukan buku yg ia cari dan akan pergi. Ri On langsung menarik kepala Ri Jin dgn erat sambil menutup sesuatu di sampingnya. “Hei! Kau kenapa? Ini jurus memiting kepala? Apa ni kemampuan baru? Kau menjadikanku percobaan?” teriak Ri Jin tersenyum sambil mencoba melepaskan tangan Ri On dari kepalanya. Ri On berpura-pura kalau Perpustakaannya Sangat dingin. Sementara disampingnya pria idaman Ri Jin sedang bergandengan keluar Perpustakaan bersama-sama. Ri Jin berteriak meminta Ri On melepaskan setelah si pria pergi baru Ri On melepaskan tangannya. “Kapan sih kau akan tumbuh jadi dewasa?” umpat Ri Jin lalu melengos pergi. Ri On hanya bisa terdiam. Ri On yg mengingat kejadian itu tak memberikan ekspresi apapun saat melihatnya.

Tiba-tiba ibunya masuk ke dlm kamarnya, Ri On kaget langsung menutup laptopnya mengeluh karena ibunya tak mengetuk pintu dulu. “Mengapa kau menutupnya? Apa yg kau sembunyikan? Kau menonton video porno, kan? Kau menonton video porno!” teriak ibunya sambil memukul dgn karton yg ia bawa “Ibu, aku bukan lagi remaja! Kau harus memikirkan levelku. Ya ampun!” keluh Ri On yg mencoba menghindar dari pukulan ibunya “Bagaimana aku melihat levelmu? Aku melihat ini! Seperti ini!” teriak ibunya dgn mata melotot memperlihatkan poster cewe tanpa busana yg ia ambil dari kamar Ri Jin. Ri Jin tersenyum melihat poster yg dibawa ibunya dan memanggil si wanita sebagai unnie dan bertenya kenapa poster itu bisa berada di tangan ibunya. “Kau punya lingkaran hitam di bawah matamu... jadi kupikir kau bekerja keras. Aku pikir anakku akan menjadi seekor panda! Aku jadi merasa kasihan padamu! Apa yg kau tonton semalaman?” teriak ibunya melepaskan posternya di lantai berusaha mengambil laptop yg di sembunyikan Ri On

Ri On berusaha mengangkat tinggi-tinggi laptopnya tapi dgn berjinjit ibunya bisa meraih laptop milik anaknya dan membuka melihat foto Ri On dan Ri Jin saat masih SMA yg dibuka oleh Ri On. “Ri On, maafkan aku.” ucap ibunya tertunduk malu “Aku sangat mengkhawatirkan adikku. mengapa kau tak mengerti perasaanku?” ungkap Ri On dgn mimik dibuat sedih yg berlebihan. Ia mengambil jaket dan buru-buru keluar, saat itu ayahnya jg akan masuk ke dalam. Mereka bertubrukan dan Ri On menutup wajahnya dgn jaket keluar dari kamarnya. Sang ayah binggung melihat anaknya yg keluar dari kamar terburu-buru. “Ada apa dengannya?” tanya suaminya “Tidak ada. Aku hanya salah paham.” jawab istrinya tertunduk merasa bersalah “Dia sudah lelah bekerja semalaman. Kau harus lebih memahaminya.” ungkap ayahnya mencoba memberi pengertian pd istrinya. Ketika akan pergi, mata Ayah Ri Jin melihat poster milik Ri On yg tergelatak begitu saja di lantai. Ia langsung berteriak dgn wajah sumringah melihat poster milik Ri On. Istrinya langsung mengambil poster dan mengulungnya berteriak menyuruh suaminya mempersiapkan dagangan mereka. Ayah Ri Jin mengerti dan melihat istrinya yg keluar kamar. Ia melihat foto Ri Jin dan Ri On saat masih SMA dari sorot matanya ia seperti menyimpan sebuah kekhawatiran.

Ibu Ri Jin sedang mempersiapkan ubi dgn alumnium foil untk dibakar. Ayah Ri Jin datang ingin membahas tentang Ri On. Ibunya bertanya ada apa dgn Ri On. Lalu suaminya pikir itu tak mungkin, istrinya binggung apa sebenarnya yg dipikirkan oleh suaminya. “Itu.. Ri On... Ri Jin...” ucap ayah Ri Jin terlihat gugup “Kau gila!” teriak ibunya sambil mengarahkan pandangan pd suaminya seperti sudah mengerti dgn jalan pikiran suaminya. “Tidak... aku mendengar banyak gosip. Dan terkadang... ...keluarga mereka ada di majalah gosip. Aku hanya sedikit gugup.” jelas ayah Ri Jin “Berhenti omong kosong dan cucilah wadah ikan teri!” teriak ibu Ri Jin kesal lalu menyuruh suaminya minggir. Ayah Ri Jin binggung kenapa istrinya itu sangat marah sekali.

Segelas kopi ditaruh kembali diatas tatakannya, Sek Ahn dan Do Hyun sedang berbicara serius di meja makan “Saya sudah bicara dgn fanclub tentang usul Anda. Mereka menerima usul Anda dan akan pergi ke pengkajian hari ni seperti direncanakan” jelas Sek Ahn “Baguslah.” ungkap Do Hyun sambil mengembalikan berkas pd Sek Ahn. Ri Jin datang dgn membawa gelas lalu berhenti sambil meminta maaf karena tak tahu kalau keduanya sedang rapat. Sek Ahn merasa tak apa-apa karena ia baru saja menyeduh kopi jadi ia mempersilahkan Ri Jin untk mengambilnya. Ri Jin akhirnya berjalan ke tempat penyimpanan kopi. “Jadi, apa mungkin Omega datang ke pengkajian?” tanya Do Hyun melanjutkan pembicarannya. Mata Ri Jin melotot karena Do Hyun membicarakan Omega dan itu adalah kakaknya. “Menurut editor, rencananya dibatalkan kemudian dibuat lagi. Dia bilang kemungkinannya tak datang adalah 99%.” jelas Sek Ahn. Ri Jin menghela nafas mendengar perkataan Sek Ahn.

“Kita tetap harus pergi. Masih ada kemungkinan 1%. Apa kau mendapatkan foto Omega seperti yg kuminta?” tanya Do Hyun “Masalahnya... akan sulit untk mendapatkan fotonya kecuali bekerja sama dgn editor. Tapi dari gosip yg saya dengar...” ucap Sek Ahn Lalu mengingat saat bertemu dgn Ri On di toko buku memberitahu kalau Omega 3 itu wajahnya berada di level Won Bin dan seperti selebriti. Sek Ahn mengikuti ucapan Ri On pd Do Hyun Saat itu jg Ri Jin yg akan kembali langsung menyeburkan kopi di mulutnya pd wajah Do Hyun. Ia terkejut karena kakaknya itu dianggap selebriti yg ketampanannya seperti Won Bin. Sek Ahn kaget, Do Hyun hanya terdiam tak bisa marah. Ri Jin meminta maaf langsung berlari mengambil tissue. Do Hyun yg mencoba membersihkan wajahnya dgn dengan tissue, lalu mengajak Sek Ahn pergi untk mencari seseorang yg mirip Woo Bin. “Ah, tentang itu... sejujurnya, saya rasa saya tak bisa ke sana. Tiba-tiba saya punya janji lain. Jadi...” ucap Sek Ahn menatap Ri Jin dan akhirnya Do Hyun ikut melihat Ri Jin yg berusaha membersihkan bajunya. “Apa? Kenapa kau melihatku?” ucap Ri Jin binggung melihat ke arah Sek Ahn yg jg memadanginya.

“Orang-orang ini! Aku sudah jadi dukun penangkal energi jahat dan seorang sekretaris. Apa lagi yg kalian suruh padaku?!” teriak Ri Jin sambil berdiri tegak. “Peraturan kontrak nomor 2. Selama masa kontrak, kecuali kau dlm keadaan darurat kau harus di samping partisipan A dan mengawasinya 24 jam.”jelas Sek Ahn “Aku tak punya pilihan! Aku tak punya pilihan!” teriak Ri Jin kesal sambil pergi meninggalkan ruangan. Do Hyun menaruh tangannya dibibirnya seperti menyuruh Sek Ahn lebih baik diam saja. Sek Ahn bertanya pd Do Hyun apakah ia akan baik-baik saja kalau pergi sendiri. Ri Jin yg akan menaiki tangga terhenti mendengar pertanyaan Sek Ahn. Do Hyun mengatakan ia akan baik-baik saja jadi tak ada yg perlu di khawatirkan. “Tapi bagaimana jika Ferry Park keluar... kurasa jika dia muncul yg akan dia lakukan adalah meletakkan bom, kan?” teriak Sek Ahn sengaja dibuat nyaring
Ri Jin yg tak tega dgn wajah kesal akhirnya kembali ke meja makan.

“Peraturan nomor 4, klausa kedua. Partisipan A dan B... kecuali saat mereka menyamar sebagai sekretaris dan Wakil Presdir, keduanya setara. Benar, kan?” ucap Ri Jin. Do Hyun membenarkan sambil sibuk membersihkan cairan kopi di dagunya. Ri Jin memberitahu kalau ia punya syarat sebelum pergi bersamanya. Do Hyun meminta Ri Jin memberitahunya segera. “Berikan aku satu jam tiap hari, sehingga aku bisa menasihatimu.” pinta Ri Jin “Aku bilang aku tak butuh pengobatan.” ungkap Do Hyun “Bukan pengobatan... maksudku untk menjadi teman. Setuju?” jelas Ri Jin “Sudah kubilang aku tak butuh teman.” tegas Do Hyun “Baiklah. Kalau begitu aku pergi saja ke John Hopkins.” ucap Ri Jin pergi meningalkan ruangan Tangan Do Hyun menahan Ri Jin untk tak pergi. Ri Jin melihat tangan Do Hyun yg menahannya meminta Do Hyun setuju dgn syaratnya. Do Hyun tetap terdiam sambil terus memegang lengan Ri Jin. Beberapa saat kemudian, Do Hyun mengatakan ia setuju. Ri Jin tersenyum mendengarnya. Sek Ahn yg menjadi saksi melihat keduanya dgn wajah tersenyum.

Sementara Sek Ahn bertemu dgn seseorang disuatu tempat, ia meminta maaf karena datang terlambat. Terlihat dgn jelas kalau yg ia temui adalah Ibu Do Hyun. “Seseorang yg tak melakukan apa-apa memang seharusnya datang duluan dan menunggu. Bukankah begitu?” komentar Ibu Do Hyun lalu menyuruh Sek Ahn untk duduk. “Jadi, kenapa tiba-tiba Anda...?” tanya Sek Ahn dan langsung disela oleh Ibu Do Hyun “Sekretaris Ahn, apa kau mata-mata yg diletakkan wanita tua itu di sisi Do Hyun? Apakah itu sebabnya kau mampir ke kantornya secara teratur? Sehingga kau bisa mengadu tentang Do Hyun?” ucap Ibu Do Hyun sinis Sek Ahn mengatakan itu tak mungkin. Ibu Do Hyun memanggil Sek Ahn dgn berteriak lalu bertanya dirinya itu ada di pihak siapa, ibu mertuanya / Do Hyun. Ia meminta Sek Ahn tak membuat orang binggung dan menjelaskan padanya. Sek Ahn mencoba menjelaskan tapi kembali di sela oleh Ibu Do Hyun. “Jika... kau menusuk Do Hyun dari belakang aku takkan tinggal diam. Kau mengerti?” ancam Ibu Do Hyun.

Ri On sedang mengelus anjing golden retriver yg tak mau makan, lalu bertanya apakah anjingnya itu merindukan Ri Jin. “Aku tahu. Kenapa kau sudah ingin melihatnya. Benar, kan? Seharusnya aku bilang padanya untk menjadi psikiater chaebol.” ucap Ri On mengajak ngobrol anjingnya. Dari atas rumah, ibu Ri Jin melihat Ri On yg berjongkok di depan tungku sambil mengelus anjing kesayangan Ri Jin. Dari tatapan matanya ia terlihat sangat sedih menatap Ri On. Ponsel Ri On berbunyi, ia mendapatkan telp dari editor bukunya. Sang editor bertanya apakah Ri On tak datang ke acara kajian har ini. Ri On pikir acara itu dibatalkan karena tempat mereka bisa temu sedang di renovasi. “Bukan itu masalahnya. ID Entertainment benar-benar berusaha untk mendapatkan izin hak cipta. Aku tak yakin apa yg akan terjadi di sana, tapi fanclub bilang mereka pergi ke sebuah Kafe Perancis.” jelas si editor “Jika itu ID Entertainment, salah satu perusahaan di bawah Seung Jin Group, kan?” tanya Ri On dgn sedikit terbata-bata “Benar. Karena tak tahu apa yg akan terjadi, jangan pergi!! Bagaimana jika identitasmu terungkap? Aku memikirkannya. Tidak tidak, aku punya firasat buruk jadi jangan pergi!!!” pinta sang Editor. Ri On memikirkan peringatan editornya untk tak datang ke acara kajian.
Bersambung ke Part 2
source : http://koreandramasuperaddicted.blogspot.com, http://news.detik.com, http://hipwee.com
0 Response to "Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 8 Part 1"
Posting Komentar