This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

APA ITU NAGANURI???

APA ITU NAGANURI??? kegiatan ini terselenggara atas kerja luar biasa dari para pengurus naganuri serta roni dan k'sri apa yah yang pasti itu bukan sepotong roti Kecamatan Sape mengirim dua perwakilan yakni Naganuri A dan membuat serangan serangan Dompu tidak ada apa apanya dibabak kedua ini. Selain itu kesigapan Anom Camat Naganuri Apa itu Blog Blog merupakan sigkatan dari ldquo Web log rdquo adalah salah satu aplikasi web berupa tulisan tulisan yang umum disebut sebagai
Oleh Sultan Abdul Khair

Naganuri adalah nama paguyuban Mahasiswa Sape-Bima yg ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Nama Naganuri begitu kental dan melekat dgn mahasiswa Sape yg menuntut ilmu di kota gudeg ini. Naganuri sebenarnya tidak diperuntukan untuk nama sebuah perkumpulan / paguyuban melainkan berawal dari nama sebuah klub Futsal Mahasiswa Sape yg ada di Yogyakarta. Namun seiring waktu, muncul ide dari bebarapa mahasiswa Sape yg merasa peduli terhadap silaturrahim sesama Mahasiswa Sape yg kian hari makin renggang. Pembentukan ini di pelopori oleh Abdul Haris Heryani CS. Akhirnya, tepat tanggal 7 September 2008 resmi didirikan Paguyuban dgn mengadopsi nama Naganuri, atau lebih tepatnya "Naganuri Sape Yogyakarta" dgn Ncuhi pertama (Ketua) saat itu bernama Hendra Purnamasari, Ncuhi ke-2 Nanang Kurniawan, dan ncuhi ke-3 (sampai sekarang) adalah penulis sendiri, Abdul Khair.

Anda mungkin bertanya kenapa istilah ketua diganti dgn kata "Ncuhi". Yah, Naganuri memang berusaha menciptakan nuansa kedaerahan dan budaya yg kental didalamnya, dimana Ncuhi itu sendiri berarti Kepala / pemimpin (dalam bahasa Bima). Begitu juga istilah untuk beberapa posisi yg lain dalam paguyuban ini diberi nama dalam istilah bahasa Bima, seperti Galara (Sekretaris), Ina Nenggu (Bendahara), Mato'a (Bidang Kerohanian), Mancuri (Bidang Kaderisasi), Ma rewo (Bidang Humas), Ma Mpa'a (Bidang Olah raga), dan Ma Ruku (Bidang Seni).

Bagi Mahasiswa Bima yg ada di Yogyakarta nama Naganuri sudah pasti dihubungkan dgn Mahasiswa Sape. Namun tidak banyak yg tau arti dari kata "Naganuri" yg sebenarnya berdasarkan sejarah munculnya nama ini, baik mereka yg bukan berasal dari Sape maupun mahasiswa Sape sendiri.

Well buddy... let me tell you what NAGANURI IS...!

Naganuri adalah sepenggal kata tentang sebuah tempat yg ada di kecamatan sape, dikisahkan disana adalah Tempat pertama atau labuhan pertama datangnya para Ulama yg membawa cahaya (Islam). Naganuri sebenarnya sebuah kata yg mengalami 'pergeseran kata'. Karena awalnya kata ini sebenarnya adalah Nanga Nur.

Nanga Nur sendiri disusun oleh dua kata dari dua bahasa yg berbeda. Kata pertama adalah dalam bahasa Bima, yaitu "Nanga" yg berarti Sungai / Telaga, sementara kata kedua adalah "Nur" yg berarti Cahaya dan merupakan kata dari bahasa Arab. Kedua kata ini memiliki makna menunjukan sebuah tempat / daerah yg merupakan awal masuknya Islam. Tempat itu (Nanga Nur) berada di kecamatan sape, tepatnya antara desa Sangia dan Bugis.

Untuk ceritanya, silahkan simak sepenggal Kisah Sang Sultan Abdul Khair dibawah ini. Oh ya, Namanya hampir sama dgn nama penulis ^_^7

Bukit Nanga Nur berjarak sekitar 3 KM dari Tempat Pelelangan Ikan Sape-Bima. Di sana terdapat 3 mata air bekas telaga yg oleh warga sekitar dikenal dgn Nanga Nur (Nanga= Sungai/Telaga, Nur = Cahaya). Jadi Nanga Nur adalah Telaga Cahaya /Sungai Cahaya yg dibuat oleh para Mubaliq yg menyiarkan agama Islam di Bima. Karena pada zaman dulu Islam masuk di Bima melalui Sape pada sekitar Abad ke 16 dan 17. (info: Sebelumnya Sultan Abdul Kahir / La Ka’i (pewaris kerajan Bima) dan masyarakat Bima masih memeluk ajaran Makimbi Makamba (kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan tempat/benda-benda keramat)).

Di atas bukit Nanga Nur inilah tempat peristirahatan terakhir dari dua ulama besar dari Pagaruyung Sumatera Barat yg bernama Datuk Di Banda dan Datuk Di Tiro yg diutus oleh Sultan Gowa pada waktu itu untuk menyiarkan agama Islam di Tanah Bima. Pintu masuk mereka adalah melalui selat Sape yaitu di Nanga Nur. Menurut penuturan salah seorang penjaga makam ini, dulu di Nanga Nur adalah Pelabuhan Alam yg terlindung dari angin musim dan badai. Karena letaknya sangat strategis dan landai di kaki bukit di sebelah barat Pelabuhan Sape sekarang. Dalam Roman Sejarah Kembalinya Sang Putera Mahkota yg ditulis Alan Malingi, bahwa para mubaliq itu berlabuh di Nanga Nur untuk berdakwah sambil berdagang.
Pada perkembangan selanjutnya mereka mendirikan Masjid Pertama di kompleks kampung Sigi Sape. Lalu mereka menemui Putera Mahkota La Ka’i di tempat persembunyian di puncak Kalodu untuk menyampaikan surat dari Sultan Gowa dan beberapa cindera mata. Isi surat tersebut memberitahukan bahwa Raja Gowa beserta seluruh rakyatnya telah memeluk Islam dan mengajak Putera Mahkota La Ka’i untuk memeluk Islam. Lalu La Ka’i bersama seluruh pengikutnya berikrar memeluk Islam dan mengangkat sumpah setia yg dikenal dgn sumpah Darah Daging dgn mengiris jari mereka dan meminum darah untuk memeluk Islam dan mengislamkan rakyat Bima.
Tempat sumpah setia itu dikenal dgn Wadu Parapi ( Batu Parapi) yg berada di bendungan Parapi Desa Parangina kecamatan Sape. Setelah memeluk Islam La Ka’i berganti nama menjadi Abdul Kahir dan kuburannya di bukit Dana Taraha sekarang. Setelah Wafat bergelar Rumata Ma Bata Wadu (Tuanku yg bersumpah Di Atas Batu).

Itulah sedikit gambaran tentang apa makna terselubung yg tidak terlalu diperhatikan dibalik kata Naganuri. Mohon tambahannya jika terdapat hal-hal yg tidak sesuai. Thanks ^_^

#Referensi: irawanmantoi.blogspot.com



0 Response to "APA ITU NAGANURI???"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *