gbne.blogspot.com - Rangkaian ibadah haji adlh rangkaian ibadah yg paling lengkap dari semua ibadah dlm Islam. Rukun-rukun Islam mulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalat, lalu zakat dan puasa adlh tangga-tangga yg mengantarkan pd kesempurnaan ekspresi ketaatan yg dikandung oleh ibadah haji.
Jika dua kalimat syahadat adlh ibadah hati yg diucapkan lisan, maka shalat melanjutkannya dgn ibadah tubuh yg lebih lengkap, tak hanya hati dan lisan, tetapi seluruh tubuh bergerak menerjemahkan ketaatan sang manusia.
Jika sholat telah lengkap mengikutsertakan tubuh dlm ketaatan, maka zakat melengkapi ketaatan tubuh dgn mengikutsertakan harta dlm mewujudkan ketaatan. Ketika seorang Muslim sudah lengkap berbuat dgn seluruh jiwa dan hartanya, maka sisi lain dari kehidupan manusia dilengkapi dgn ibadah puasa yg mengharuskan manusia menahan diri dari beberapa hal yg disukai hawa nafsu, sehingga seorang Muslim dgn puasa melengkapi ketaatannya tak hanya dlm berbuat sesuatu tetapi jg dlm meninggalkan sesuatu.
Jamaah Haji Dari Indonesia |
Seorang Muslim tak hanya wajib taat dlm berbuat tetapi jg wajib taat dlm menahan.
Ibadah haji merangkai semua jenis ibadah tesebut dlm rangkaian yg sempurna. Dimulai dari deklarasi ihram yg wajib diucapkan secara lisan, seorang haji harus menahan diri dari berbagai larangan tertentu selama masih berihram. Kemudian dilanjutkan dgn thawaf dan sa’i yg melibatkan seluruh tubuh. Dilengkapi dgn wukuf di Arafah dan lempar jumrah, prosesi diakhiri dgn menyembelih hewan kurban yg merupakan ibadah harta. Bahkan ibadah haji adlh ibadah yg paling menyita energi dan menelan biaya. Seluruh kemampuan yg diperlukan dlm ibadah-ibadah sebelumnya tercurah pd ibadah haji, sehingga pantas dikatakan bahwa ibadah haji adlh puncak ketaatan.
Bahkan, yg menunaikan haji digelari duta Allah / wafdullah, apa yg mereka mohonkan senantiasa diperhatikan, kemungkinan besar akan dikabulkan oleh Allah, dan apa yg mereka keluarkan dari sebagian materi, Allah tak akan menyia-nyiakan, tapi diganti dgn dengan berlipat ganda.
Suatu ketika, Nabi ditanya amal apa yg paling utama, ia lalu menjawab, Iman kepada Allah dan utusan-Nya, lantas, kemudian apa? Nabi menjawab, Jihad di jalan Allah, dikatakan lagi, kemudia apa? Nabi menjawab, Haji Mabrur. Dan, imbalan bagi haji mabrur adlh surga.
Balasan ni sangatlah wajar, menginggat proses menuju haji mabrur itu sangat sulit dan rumit. Di samping mempersiapkan diri lahir dan batin, ilmu dan hartanya harus bersih dari barang-barang haram, serta syubhat. Sebab, ni akan menjadi salah satu penyebab utama kemabruran haji seseorang.
Haji seseorang belumlah terasa afdal kalau belum mengunjungi kota Nabi (Madinah), walaupun tak masuk syarat dan rukun sahnya ibadah haji. Karena Makkah dan Madinah adlh dua kota sakral umat Islam (al-Haramain). Di Madinah terdapat kuburan Nabi Muhammad, yg berjanji kepada para pengikutnya akan memberikan pertolongan syafaaat kepada semua umatnya. Khusus bagi penziarah, Nabi berjanji kepada mereka;
مَنْ زَارَ قَبْرِي فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِي
Barangsiapa berziarah ke-kuburanku, maka ia akan mendapatkan syafaatku.’’ (HR Daruqutni).
Dalam kontek ke-Indonesiaan, banyak sekali orang yg berangkat ke Makkah, baik haji / umrah dgn menggunakan harta yg kotor, seperti mencuri, menipu, hingga KKN. Sering kita temukan, orang pulang haji / umrah disambut oleh Polisi, dan beristirahat di Hotel Prodeo.
Seorang kerabat berbisik ke saya, katanya, dia sudah melunasi seluruh ongkos naik hajinya, termasuk memenuhi seluruh persyaratan. Namanya pun sudah muncul sebagai calon jamaah haji. Lalu mengadakan syukuran. Namun, tiba-tiba namanya hilang, dan batal berangkat. Konon ia digantikan dgn orang lain karena penyelenggara setempat kena sogok. Inilah dimaksud oleh Sunan Bonang ‘Janganlah kalian berwudhu dgn air kencing’. Artinya, jangan sampai menunaikan ibadah haji dgn harta yg haram, / cara-cara kotor yg menodai kesucian ibadah. Haji semacam ni hanyalah panggilan dari iblis yg kian hari kian marak.
Haji Sosial
Karena segenap ibadah mahdah (inti) dlm Islam bertujuan pd satu muara, yaitu takwa, sedang salah satu unsur takwa yg paling pokok adlh kesalehan sosial. Maka ibadah haji harus melahirkan manusia-manusia yg berjiwa sosial. Karena itulah, haji hanya diwajibkan cuma sekali seumur hidup, dan kalau ternyata dikemudian hari masih mampu berhaji tuk sekian kalinya, sebaiknya cukup mendelegasikan niatnya pd orang yg belum berhaji, agar mendapat dua kemulian. Menunjuki orang ke jalan yg benar dan bersedekah untk orang lain. Atau dananya dipakai untk menyantuni mereka yg sekadar makan saja susah. Inilah disebut haji sosial.
Dalam sebuah kisah masyhur, seorang ahli ibadah bernama Muwafaq, karena hendak menunaikan haji padahal keadaan hidupnya hanya pas-pasan, maka ia pun menabung uang bertahun-tahun untk bekalnya. Ketika uang sudah cukup, di saat yg sama ia melihat tetangganya yg sangat miskin dan yatim, tak mampu membeli makanan. Karena anaknya terus merintih kelaparan, ahirnya Sang Ibu memasak daging bangkai keledai, demi memenuhi kebutuhan perut anaknya.
Melihat tetangganya seperti itu, Muwafaq merelakan uang yg akan digunakan berangkat haji untk membantu tetangganya. Dia infakkan uangnya untk menyelamatkan orang lain, dari pd menunaikan ibadah haji. Keikhlasan Muwafaq mampu menggetarkan Abdullah Ibn Mubarak, sampai-sampai semua jamaah haji pd tahun itu diterima Allah sebagai haji mabrur. Muwafaq memang belum menunaikan ibadah haji, tetapi ia telah mendapatkan predikat haji mabrur.
Setiap orang yg sudah berniat haji wajib, sudah menabung tapi, dia gagal berangkat dgn alasan yg syar’i (agama), seperti; ditipu, uangnya dibawa kabur dst. Berarti orang tersebut sudah dikategorikan telah menunaikan ibadah haji.
Bersabda Nabi, Barangsiapa sudah niat keluar Rumah Allah [Baitullah] menunaikan ibadah haji, maka ia senantiasa dlm naungan-Nya. Jika ia meninggal sebelum melaksanakan nusuk (ibadah haji) di Makkah, maka pahalnya tetap sempurna di sisi-Nya.
Karena ibadah haji memerlukan dana yg besar dan waktu tunggu begitu lama, maka tak ada salahnya bagi kita untk tetap berniat agar suatu saat kiranya dpt diberi rezeki untk berkunjung ke Baitullah. Sambil mengamalkan ibadah-ibadah yg nilainya setara dgn berhaji.
Al-Imam Ibnu Rajab, salah seorang ulama terkemuka mazhab Hanbali, dlm karyanya, Latha’if al-Ma’arif menukil beberapa amalan yg pahalanya sebanding / selevel dgn ibadah haji / umrah. Antara amalan tersebut beliau kutip dari hadis Nabi, atsar para sahabat, dan pendapat para tabi’in.
مَن صلى الغداة في جماعة، ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس، ثم صلى ركعتين، كانت له كأجر حجة وعمرة تامة، تامة، تامة
Barangsiapa shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir mengingat Allah hingga matahari terbit, setelah itu shalat dua rakaat, amalan itu baginya sama seperti pahala haji dan umrah. Anas berkata, Rasulullah melanjutkan sabdanya dgn penekanan, ‘Sempurna, sempurna, dan sempurna!. (HR. Tirmidzi).
Ritual haji ke Baitullah adlh syariat Islam yg harus dilakukan bagi yg mampu, tapi tak berarti harus melakukan segalanya, termasuk berbuat curang, / tak peduli kepada orang-orang di sekelilingnya yg membutuhkan uluran tangan dgn alasan menabung untk Haji. Dan, bagi yg belum memiliki kemampuan untk berhaji, tak ada salahnya mengamalkan ibadah yg nilainya setara dgn ibadah haji. Wallahu A’lam.
Sumber: Republika.com
other source : http://wikipedia.org, http://log.viva.co.id, http://kabarmakkah.com
0 Response to "[Haji] Ibadah Haji dan Kesucian Harta"
Posting Komentar