gbne.blogspot.com - A. Pendahuluan Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar / salah, keindahan / kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adlh sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yg biasanya diterima secara tak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adlh suatu proses kritik / pemikiran terhadap kepercayaan yg sikap yg sangat kita junjung tinggi. Ini adlh arti yg formal. 3) Filsafat adlh usaha untk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adlh sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adlh sekumpulan problema-problema yg langsumg yg mendapat perhatian dari manusia dan yg dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yg ada di filsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pd suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yg membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yg pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dlm alam yg besar ni ? Apakah alam itu bersahabat / bermusuhan ? apakah yg terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? / karena mekanisme, / karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . Semua soal tadi adlh falsafi, usaha untk mendapatkan jawaban / pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yg fundamental (mendasar), maka kita perlukan untk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.B. Pengertian Filsafat pendidikan Islam Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kataPhiloyang berarti cinta, dan kataSophosyang berarti ilmu / hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu / hikmah. Terhadap pengertian seperti ni al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dpt pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yg mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arabfalsafah, yg berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philosberarti cinta, suka (loving), dansophiayang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophiaberarti cinta kepada kebijaksanaan / cinta kepada kebenaran / lazimnya disebutPholosopheryang dlm bahasa Arab disebutfailasuf. Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertianfilsafattelah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yg dikenal sebagai orang yg pertama yg menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dpt diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan / semantik adlh cinta terhadap pengetahuan / kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adlh suatu kegiatan / aktivitas yg menempatkan pengetahuan / kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat jg memilki pengertian dari segi istilah / kesepakatan yg lazim digunakan oleh para ahli, / pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dlm arti yg lazim digunakan dlm praktek pendidikan.Dalam hubungan ni dijumpai berbagai rumusan yg berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adlh bimbingan / pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yg utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dlm pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yg bersifat bimbingan, pimpinan / pertolongan yg dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing / penolong. 3) Ada yg di didik / si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dlm bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yg dipergunakan. Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yg diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dgn agama-agama lainnya yg pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yg paling sempurna ia dipersiapkan untk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman / hingga hari akhir. Islam tak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan jg mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untk mengatur masalah pendidikan. Sumber untk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adlh al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yg besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dgn al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yg amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yg ajaran-ajarannya bersumber pd al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yg ditempuh al Qur’an ni ternyata amat strategis dlm upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dgn jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yg menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adlh Al Quran dan al Hadist Firman Allah : Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dgn perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yg kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yg benar (QS.Asy-Syura: 52) Dan Hadis dari Nabi SAW : Sesungguhnya orang mu’min yg paling dicintai oleh Allah ialah orang yg senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90) Dari ayat dan hadis di atas tadi dpt diambil kesimpulan : 1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untk memberi petunjuk kearah jalan hidup yg lurus dlm arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yg diridloi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untk mengamalkan ajaran Allah, yg dpt diformulasikan sebagai usaha / dlm bentuk pendidikan Islam. 3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adlh benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yg lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yg kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dlm arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dlm pergaulan bersama, dgn sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dgn corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yg sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yg cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan jg ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dlm menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yg menjadi landasan praktek pendidikan yg melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yg mungkin timbul dari tiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yg telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untk membuktikan bahwa mereka dpt menyempurnakan suatu hasil dgn sukses, yg ada pd hakikatnya belum dipertimbangkan dgn hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dlm abstraksi yg tinggi yg penuh dgn debat tiada berkeputusan, akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yg ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dpt dipecahkan dgn cepat / dgn mengulang-ulang dgn gigih kata-kata yg hampa. Tidak dpt dihindari, bahwa orang-orang yg memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir, yg lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yg sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dgn pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yg memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan. Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yg digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia : 1. Menyadarkan secara individual pd posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dlm kehidupannya. 2. Menyadarkan fungsi manusia dlm hubungannya dgn masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya. 3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untk beribadah kepada Nya Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untk mengambil manfaatnya Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dpt diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yg terdapat dlm kegiatan pendidikan yg didasarkan pd al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dpt dikatakan adlh filsafat pendidikan yg berdasarkan ajaran Islam / filsafat pendidikan yg dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yg bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dlm pemikiran filsafat pd umumnya.C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam Penjelasan mengenai ruang lingkup ni mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ni dpt dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yg menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dgn jelas mengenai bidang kajiannya / cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yg mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untk mempelajari ilmu-ilmu lain yg relevan. Pendapat ni memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adlh masalah-masalah yg terdapat dlm kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.D. Kegunaan Filsafat Pendidikan IslamProf. Mohammad Athiyah abrosyidalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yg asasi bagi pendidikan Islam yg diuraikan dlm At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha yaitu : 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yg mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adlh jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tak hanya menaruh perhatian pd segi keagamaan saja dan tak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah pd pelajaran dan memuaskan untk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan jg agar menumbuhkan minat pd sains, sastra, kesenian, dlm berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dpt mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dpt ia mencari rezeki dlm hidup dgn mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5. Persiapan untk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama / akhlak, / sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pd segi-segi kemanfaatan pd tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut : Pertama, bahan-bahan yg akan digunakan dlm pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ni dpt berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yg disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yg akan di ambil dari pengalaman empirik dlm praktek kependidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yg bersifat tertulis dpt dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yg masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Tapi demikian, khusus dlm menggunakan al Qur’an dan al Hadist dpt digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacamMu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karimkarangan Muhammad Fuad Abd Baqi danMu’jam al muhfars li Alfazh al Hadistkarangan Weinsink. Ketiga, metode pembahasan. Untuk ni Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yg berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dgn pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yg akan digunakan untk membahas tersebut. Pendekatan ni biasanya diperlukan dlm analisa, dan berhubungan dgn teori-teori keilmuan tertentu yg akan dipilih untk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ni pendekatan lebih merupakan pisau yg akan digunakan dlm analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yg akan digunakan untk menjelaskan suatu fenomena.F. Penutup. Islam dgn sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yg diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dgn jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yg terdapat dlm bidang pendidikan. Karenanya tak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yg khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam. Demikian pula pemikiran filsafat Islam yg diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dgn bahan-bahan yg dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ni segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Tapi demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yg dari luar dpt saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dlm hal prinsip, / paling kurang tak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adlh melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yg telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yg dirumuskan para ahli tak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dgn zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ni tak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.DAFTAR PUSTAKAAhmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997 sumberhttp://ridhoaulia11.wordpress.com/2013/09/17/filsafat-pendidikan-islam/
other source : http://slideshare.net, http://gurungaji-asatidz.blogspot.com, http://cnn.com
0 Response to "Makalah Filsafat Pendidikan Islam"
Posting Komentar