This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta

gbne.blogspot.com - inilah kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta Kehidupan menjadi seorang pengemis / pengamen di DKI Jakarta ternyata tak bisa diremehkan. Meski berpenampilan lusuh, tapi secara pendapatan justru tak pernah lesu. Mereka bisa mengantongi jutaan per bulannya.

Tentu saja fakta ni mengejutkan banyak masyarakat ibu kota di tengah kecilnya upah minimum provinsi (UMP) di DKI Jakarta, sebesar Rp 2, 7 juta per bulan. Sedangkan pengemis mampu mendapatkan dua kali lipat dari itu.

Bila dihitung secara kasar, pendapatan pengemis dan pengamen rata-rata ada yg mencapai hingga Rp 200.000 per hari / Rp 6 juta per bulannya. Mereka hanya bermodal melawan malu meminta-minta kepada orang lain.

Di samping itu, ada jg cara tak manusiawi guna mendatangkan banyak pundi-pundi. Mereka merelakan keluarganya menjadi objek penderitaan untk mendapatkan penghasilan.

Berikut fakta mengejutkan kelakuan pengamen dan pengemis di Jakarta, Sabtu (10/10):

Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta
1.Pengamen tukar uang ratusan ribu & pulang naik taksi

Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta Netizen dihebohkan foto pengamen di DKI Jakarta sedang menukar uang recehan hingga ratusan ribu di minimarket kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Tidak sampai di situ, bahkan mereka pulang menaiki taksi.

Foto itu diunggah akun Facebook Izharry Agusjaya Moenzir pd Rabu (7/10) malam lalu. Dalam fotonya, terlihat keluarga pengamen dgn satu anak kecilnya asyik menukarkan uang hasil kerja kerasnya.

Saat dikonfirmasi merdeka.com, Izharry membenarkan tentang kejadian itu. Menurutnya, uang yg didapatkan pengamen itu mencapai Rp 265.000. Tapi informasi yg didapatnya malah biasanya lebih besar pendapatan mereka.

Dia melanjutkan, menurut kerabatnya di minimarket itu, memang banyak pengamen maupun pengemis yg menukarkan uang recehnya. Untuk foto pengamen yg diunggahnya itu, baru pertama kali dilihat para pekerja minimarket tersebut.

"Saya kebetulan tinggal dekat situ, saya tanya kepada kerabat saya di minimarket itu, malam itu mereka (pengamen) dpt Rp 265.000. Bahkan bisa sampai Rp 500.000 kalau akhir pekan, " kata Izharry, Jumat (9/10).

Izharry meyakini bahwa pengamen yg dilihatnya itu merupakan orang mampu. Ini terlihat dari pakaian yg dipakai anak pengamen tersebut tampak tak murahan.

Selain itu, secara penghasilan pun sudah berlimpah. Wartawan senior media nasional ni mengilustrasikan, bila pendapatan para pengamen Rp 300.000 per hari maka sebulan mereka mampu mengantongi hingga Rp 9.000.000.

"Anaknya pakai pakaian bukan barang biasa. Terus anak itu terlihat merengek dan manja. Mereka itu kan mampu, " ungkapnya.

Dalam kejadian itu, Izharry makin kaget. Usai menukarkan uang, ternyata para pengamen itu pulang dgn menumpang taksi. Sayangnya, dia tak sempat mengambil gambar ketika pengamen itu masuk ke dlm taksi.


2.Bius bayi sampai tidur

Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta Setiap orang yg memiliki nurani tentu akan iba melihatnya. Seorang pengemis wanita paruh baya dgn bayi yg tidur terlelap di gendongan. Pakaian mereka yg dekil dan wajah yg kusam menimbulkan rasa kasihan. Banyak orang yg akhirnya mengulurkan tangan dgn memberikan uang kepada mereka.

Meski suasana hingar bingar, mesin kendaraan menderu, suara klakson bersahutan, tapi bayi itu tetap tenang di alam tidurnya. Bagi yg berpikir kritis tentu akan bertanya-tanya bagaimana seorang bayi bisa tak terganggu dgn suasana yg berisik dan hiruk pikuk.

Wanita yg menggendongnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yg lain. Terkadang dia berlari mengejar bus kota. Tapi bayi itu tetap saja terlelap.

Inilah fakta yg akhirnya membuat kita miris mendengarnya. Ternyata bayi-bayi yg dibawa pengemis itu sudah dijejali dgn obat tidur, bahkan dgn dosis yg tinggi. Tujuannya tak lain adlh agar si pengemis bisa melakukan pekerjaannya tanpa diganggu oleh rengekan rewel bayi yg digendongnya.

"Dinas Sosial sudah sering menjaring mereka. Bayi-bayi tersebut diberi obat tidur agar tetap tenang selama mereka mengemis. Ini adlh satu bentuk eksploitasi anak yg harus ditindak tegas, " tandas Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta Prayitno, Rabu (4/3).

Parahnya lagi, dosis obat bius yg digunakan sembarangan. Yang penting bayi terlelap. Hal ni bisa sangat membahayakan bayi / balita yg dibius.


3.Sewa bayi raup rezeki

Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta terungkap fakta para pengemis yg berkeliaran dgn menggendong bayi ternyata menggunakan obat bius agar anak itu tetap tertidur. Penelusuran merdeka.com, bayi yg dibawa oleh pengemis tersebut bukanlah anak kandungnya.

Bayi tersebut merupakan bayi yg disewa untk membantu pengemis mencari uang. Besaran sewa yg harus dibayarkan mulai Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per hari. Alasan si pengemis menggunakan bayi tak lain adlh untk meningkatkan penghasilan mereka.

Seorang pengemis mengaku dgn membawa bayi, uang yg didapatkan dari mengemis bertambah. Sebelumnya pengemis tersebut hanya mendapatkan uang paling besar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Tapi setelah membawa bayi, penghasilan mereka meningkat hingga Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu sehari.

"Supaya orang kasihan, " kata seorang pengemis saat ditanya merdeka.com, Rabu (5/3).

Bayi lucu yg masih berusia di bawah 5 tahun, bahkan ada yg belum setahun. Sebelum dibawa mengemis, bayi malang tersebut dibuat kondisinya agar nampak terlihat memprihatinkan. Mulai dari bajunya yg dibuat kucel hingga wajahnya yg dikotori arang dan debu agar terlihat kusam.

Setelah itu si bayi diberikan obat tidur yg telah dicampur dgn susu yg diminumnya. Dengan memberikan obat tidur, si bayi akan terlelap seharian.


4.Ngemis buat sewa pelacur


Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta
Merdeka.com - Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Selatan, menangkap kakek berusia 70 tahun yg kedapatan membawa uang sebanyak Rp 3, 6 juta, dari hasil mengemis di sekitar Kebayoran Baru.

Dikutip dari Antara, Kepala Sudinsos Jakarta Selatan, Kismoyohadi mengatakan, pria renta bernama Tibang ni diketahui sudah lama beroperasi di sekitar pasar Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru.

"Kakek Tibang biasa beroperasi di sekitar Pasar Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. Ia sudah lama menjalani profesinya sebagai pengemis, " kata Kismoyohadi, Jakarta, Kamis (2/7).

Kismoyohadi mengatakan, kakek Tibang merupakan warga asal Parung, Bogor, yg sudah dua kali terkena penjangkauan petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Sudinsos Jakarta Selatan.

Saat petugas memeriksa hasil pendapatan Tibang, uang tersebut kebanyakan pecahan di atas lima ribu rupiah, dan sangat jarang ditemukan pecahan seribu / dua ribu rupiah.

"Ini mengindikasikan masyarakat tak tanggung-tanggung dlm memberikan uang kepadanya, " kata Kismoyo.

Menurutnya, perbuatan masyarakat yg dianggap untk memperbanyak amal di bulan Ramadan ni sebetulnya telah melanggar Perda 8 Tahun 2007, tentang Ketertiban Umum. Hal ni menurutnya sangat berpotensi mengundang orang daerah untk datang ke Jakarta dan berpura-pura menjadi pengemis.

Kismoyo menambahkan, penghasilan yg didapat oleh pengemis itu sebenarnya justru bukan untk membeli makanan berbuka puasa, melainkan untk tindakan asusila. Dalam kasus Kakek Tibang ini, ia biasa menghabiskan penghasilannya untk membayar wanita tuna susila, karena dirinya hidup seorang diri dan tak memiliki keluarga.

other source : http://dailymotion.com, http://globalbola8.blogspot.com, http://reddit.com

0 Response to "Kelakuan bangsat pangamen dan pengemis di jakarta"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *