This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Kisah Islam] Tanda-Tanda Haji Mabrur

gbne.blogspot.com - Ajaran Islam dlm semua aspeknya memiliki hikmah dan tujuan tertentu. Hikmah dan tujuan ni diistilahkan oleh para ulama dgn maqashid syari’ah, yaitu berbagai maslahat yg bisa diraih seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun maslahat akhirat, orang-orang shaleh ditunggu oleh kenikmatan tiada tara yg terangkum dlm sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits qudsi),
قَالَ اللَّه: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
Allah berfirman (yang artinya): Telah Aku siapkan untk hamba-hambaKu yg shaleh kenikmatan yg tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terdetik di hati manusia."
Untuk haji secara khusus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
والْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Haji yg mabrur tak lain pahalanya adlh surga.
Adapun di dunia, banyak maslahat yg bisa diperoleh umat Islam dgn menjalankan ajaran agama mereka. Dan untk ibadah haji khususnya, ada beberapa contoh yg bisa kita sebut; seperti menambah teman, bertemu dgn ulama dan keuntungan berdagang.
Di samping itu, Allah jg memberikan tanda-tanda diterimanya amal seseorang, sehingga ia bisa menyegerakan kebahagiaan di dunia sebelum akhirat dan agar ia semakin bersemangat untk beramal.Tanda-Tanda Haji Mabrur Tanda-Tanda Haji MabrurTidak Semua Orang Meraih Haji Mabrur Setiap orang yg pergi berhaji mencita-citakan haji yg mabrur. Haji mabrur bukanlah sekedar haji yg sah. Mabrur berarti diterima oeh Allah, dan sah berarti menggugurkan kewajiban. Bisa jadi haji seseorang sah sehingga kewajiban berhaji baginya telah gugur, tapi belum tentu hajinya diterima oleh Allah Ta’ala.
Jadi, tak semua yg hajinya sah terhitung sebagai haji mabrur. Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan, Yang hajinya mabrur sedikit, tapi mungkin Allah memberikan karunia kepada jamaah haji yg tak baik lantaran jamaah haji yg baik."
Ciri-ciri Haji Mabrur Nah, bagaimana mengetahui mabrurnya haji seseorang? Apa perbedaan antar haji yg mabrur dgn yg tak mabrur? Tentunya yg menilai mabrur tidaknya haji seseorang adlh Allah semata. Kita tak bisa memastikan bahwa haji seseorang adlh haji yg mabrur / tidak. Para ulama menyebutkan ada tanda-tanda mabrurnya haji, berdasarkan keterangan al-Quran dan al-Hadits, tapi itu tak bisa memberikan kepastian mabrur tidaknya haji seseorang.Tanda-Tanda Haji Mabrur Di antara tanda-tanda haji mabrur yg telah disebutkan para ulama adalah:Pertama: Harta yg dipakai untk haji adlh harta yg halal, karena Allah tak menerima kecuali yg halal, sebagaimana ditegaskan oleh sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
Sungguh Allah baik, tak menerima kecuali yg baik.
Orang yg ingin hajinya mabrur harus memastikan bahwa seluruh harta yg ia pakai untk haji adlh harta yg halal, terutama mereka yg selama mempersiapkan biaya pelaksanaan ibadah haji tak lepas dari transaksi dgn bank. Jika tidak, maka haji mabrur bagi mereka hanyalah jauh panggang dari api. Ibnu Rajab mengucapkan sebuah syair :
Jika anda haji dgn harta tak halal asalnya.Maka anda tak berhaji, yg berhaji hanya rombongan anda.Allah tak terima kecuali yg halal saja.Tidak semua yg haji mabrur hajinya.
Kedua: Amalan-amalannya dilakukan dgn ikhlas dan baik, sesuai dgn tuntunan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam . Paling tidak, rukun-rukun dan kewajibannya harus dijalankan, dan semua larangan harus ditinggalkan. Jika terjadi kesalahan, maka hendaknya segera melakukan penebusnya yg telah ditentukan.
Di samping itu, haji yg mabrur jg memperhatikan keikhlasan hati, yg seiring dgn majunya zaman semakin sulit dijaga. Mari merenungkan perkataan Syuraih al-Qadhi, Yang (benar-benar) berhaji sedikit, meski jamaah haji banyak. Alangkah banyak orang yg berbuat baik, tapi alangkah sedikit yg ikhlas karena Allah.
Pada zaman dahulu ada orang yg menjalankan ibadah haji dgn berjalan kaki tiap tahun. Suatu malam ia tidur di atas kasurnya, dan ibunya memintanya untk mengambilkan air minum. Ia merasakan berat untk bangkit memberikan air minum kepada sang ibu. Ia pun teringat perjalanan haji yg selalu ia lakukan dgn berjalan kaki tanpa merasa berat. Ia mawas diri dan berpikir bahwa pandangan dan pujian manusialah yg telah membuat perjalanan itu ringan. Sebaliknya saat menyendiri, memberikan air minum untk orang paling berjasa pun terasa berat. Akhirnya, ia pun menyadari bahwa dirinya telah salah.
Ketiga: Hajinya dipenuhi dgn banyak amalan baik, seperti dzikir, shalat di Masjidil Haram, shalat pd waktunya, dan membantu teman seperjalanan.
Ibnu Rajab berkata, Maka haji mabrur adlh yg terkumpul di dalamnya amalan-amalan baik, plus menghindari perbuatan-perbuatan dosa.
Di antara amalan khusus yg disyariatkan untk meraih haji mabrur adlh bersedekah dan berkata-kata baik selama haji. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang maksud haji mabrur, maka beliau menjawab,
إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيبُ الْكَلاَمِ Memberi makan dan berkata-kata baik.
Keempat: Tidak berbuat maksiat selama ihram. Maksiat dilarang dlm agama kita dlm semua kondisi. Dalam kondisi ihram, larangan tersebut menjadi lebih tegas, dan jika dilanggar, maka haji mabrur yg diimpikan akan lepas.
Di antara yg dilarang selama haji adlh rafats, fusuq dan jidal. Allah berfirman,
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
(Musim) haji adlh beberapa bulan yg diketahui, barang siapa yg menetapkan niatnya dlm bulan-bulan itu untk mengerjakan haji, maka tak boleh rafats, fusuq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ Barang siapa yg haji dan ia tak rafats dan tak fusuq, ia akan kembali pd keadaannya saat dilahirkan ibunya.
Rafats adlh semua bentuk kekejian dan perkara yg tak berguna. Termasuk di dalamnya bersenggama, bercumbu / membicarakannya, meskipun dgn pasangan sendiri selama ihram.
Fusuq adlh keluar dari ketaatan kepada Allah, apapun bentuknya. Dengan kata lain, segala bentuk maksiat adlh fusuq yg dimaksudkan dlm hadits di atas.
Jidal adlh berbantah-bantahan secara berlebihan.
Ketiga hal ni dilarang selama ihram. Adapun di luar waktu ihram, bersenggama dengam pasangan kembali diperbolehkan, sedangkan larangan yg lain tetap tak boleh.
Demikian juga, orang yg ingin hajinya mabrur harus meninggalkan semua bentuk dosa selama perjalanan ibadah haji, baik berupa syirik, bid’ah maupun maksiat.
Kelima: Setelah haji menjadi lebih baik Salah satu tanda diterimanya amal seseorang di sisi Allah adlh diberikan taufik untk melakukan kebaikan lagi setelah amalan tersebut. Sebaliknya, jika setelah beramal saleh melakukan perbuatan buruk, maka itu adlh tanda bahwa Allah tak menerima amalannya.
Ibadah haji adlh madrasah. Selama kurang lebih satu bulan para jamaah haji disibukkan oleh berbagai ibadah dan pendekatan diri kepada Allah. Untuk sementara, mereka terjauhkan dari hiruk pikuk urusan duniawi yg melalaikan. Di samping itu, mereka jg berkesempatan untk mengambil ilmu agama yg murni dari para ulama tanah suci dan melihat praktik menjalankan agama yg benar.
Logikanya, tiap orang yg menjalankan ibadah haji akan pulang dari tanah suci dlm keadaan yg lebih baik. Tapi yg terjadi tak demikian, apalagi setelah tenggang waktu yg lama dari waktu berhaji. Banyak yg tak terlihat lagi pengaruh baik haji pd dirinya.
Bertaubat setelah haji, berubah menjadi lebih baik, memiliki hati yg lebih lembut dan bersih, ilmu dan amal yg lebih mantap dan benar, kemudian istiqamah di atas kebaikan itu adlh salah satu tanda haji mabrur.
Orang yg hajinya mabrur menjadikan ibadah haji sebagai titik tolak untk membuka lembaran baru dlm menggapai ridho Allah Ta’ala. Ia akan semakin mendekat ke akhirat dan menjauhi dunia.
Al-Hasan al-Bashri mengatakan, Haji mabrur adlh pulang dlm keadaan zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat. Ia jg mengatakan, Tandanya adlh meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk yg dilakukan sebelum haji.
Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan, Dikatakan bahwa tanda diterimanya haji adlh meninggalkan maksiat yg dahulu dilakukan, mengganti teman-teman yg buruk menjadi teman-teman yg baik, dan mengganti majlis kelalaian menjadi majlis dzikir dan kesadaran. Title : Tanda-Tanda Haji Mabrur

other source : http://wawanislam.blogspot.com, http://okezone.com, http://liputan6.com

0 Response to "[Kisah Islam] Tanda-Tanda Haji Mabrur"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *