This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Investigasi] Kalau Berobat, Permainan Licik Oknum Dokter Hampir Merata di Indonesia. Wajib Baca

gbne.blogspot.com - Waspada Kalau Berobat, Permainan Licik Oknum Dokter Hampir Merata di Indonesia. Wajib Baca..!!

Mantan medical representative / medrep bercerita mengenai pengalaman kerjanya mengawasi dokter-dokter yg ‘dikontrak’ perusahaan farmasi. Ketika dokter sudah berada di genggaman perusahaan farmasi, yg terjadi adlh kekonyolan. Pasien akan menerima resep tak masuk akal.

Namun, pasien tak berdaya karena ketidaktahuannya. Kerja sama / KS antara perusahaan obat dan dokter itu seperti ijon. Dokter menerima uang / hadiah di depan yg harus dikembalikan hingga empat kali lipatnya. Pengembalian dilakukan lewat kewenangan dokter dlm menulis resep.

Kalau Berobat, Permainan Licik Oknum Dokter Hampir Merata di Indonesia. Wajib Baca
Apabila seorang dokter telah diberi uang Rp 200 juta oleh sebuah perusahaan farmasi, maka ia harus meresepkan obat dari perusahaan farmasi itu senilai Rp 800 juta.

Jangka waktunya tak terbatas, bisa dua bulan, tiga bulan, enam bulan, ataupun setahun.
Saat seorang dokter menjalin kerja sama dgn perusahaan farmasi yg diwakili oleh medrep, dokter itu akan diawasi. Medrep mengunci apotik-apotik rujukan sang dokter sehingga perusahaan obat bisa memantau progres kerja sama.

Menurut seorang mantan medrep, pola kerja sama perusahaan farmasi dan dokter ataupun rumah sakit, sudah berlangsung lama di semua daerah di Indonesia.

Mantan medrep tersebut menceritakan, sekitar tahun 2008, ia menjalin kerja sama dgn seorang dokter spesilasi paru-paru di sebuah rumah sakit pemerintah di pinggiran Jakarta.

Kesepakatan kerja sama yg disampaikan secara lisan, tanpa perjanjian tertulis, itu menyatakan bahwa si dokter akan meresepkan antibiotik cair buatan perusahaan farmasi tertentu.

Dia ditarget meresepkan antibiotik itu senilai Rp 100 juta. Akhirnya, untk pasien dewasa pun dia kasih resep antibiotik cair. Kan jadi konyol, pasien dewasa dikasih antibiotik cair, ujar mantan medrep itu ketika ditemui di sebuah gerai fastfood di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten.

Mestinya pasien dewasa diberi antibiotik tablet. Cuma gara-gara terima uang akhirnya muncul resep tak masuk akal, tambahnya.

Dalam enam bulan dokter itu sudah melunasi kewajibannya ke perusahaan farmasi. Tapi banyak apoteker tertawa melihat resep si dokter. Antibiotik cair kan untk anak-anak, katanya.

Beberapa medrep maupun mantan medrep yg menjadi narasumber yakin masyarakat banyak yg tak sadar soal ini.
Banyak orang jadi resisten terhadap antibiotik golongan terendah gara-gara dokter mengadakan kerja sama untk meresepkan antibiotik golongan yg lebih tinggi, kata salah satu medrep.

Seorang medrep mengaku, suatu ketika, anaknya demam dan ia pun membawanya ke sebuah klinik di Jakarta Selatan. Dokter kemudian memberi resep antibiotik golongan dua.
Kalau Berobat, Permainan Licik Oknum Dokter Hampir Merata di Indonesia. Wajib Baca
Lantaran paham, medrep tersebut menolak resep dokter. Saya minta amoxicilin saja. Amoxicilin kan termasuk antibiotik golongan rendah. Saya tahu kalau demam biasa, pakai amoxicilin saja cukup, ungkapnya.
Tak perlu golongan dua yg seperti yg sempat diresepkan dokter. Kasihan anak saya, nanti jadi resisten. Lagipula antibiotik golongan dua itu jauh lebih mahal, katanya lagi.

Ia jg buka kartu mengenai profesinya sebagai medrep. Dokter itu kemudian mengganti resepnya, katanya.

Dalam pembicaraan singkat tersebut, si dokter mengaku punya kerja sama dgn sebuah perusahaan obat yg memproduksi antibiotik golongan dua.

Pilihan amoxicilin untk mengatasi demam si anak tak keliru. Ternyata benar, dlm dua hari, anak saya sembuh, imbuh medrep tersebut.

Mengaku sebagai orang farmasi memang jadi password bagi para medrep untk tak menjadi korban resep tak masuk akal.

Kalau ada keluarga yg sakit ataupun opname, sejak awal saya katakan kepada dokternya, ‘dok... saya orang farmasi lho’. Kalau sudah gitu, pasien gak akan diberi resep yg aneh-aneh, ujar seorang mantan medrep.

Bantu Share Ya

other source : http://detik.com, http://flickr.com, http://9reportase.blogspot.com

0 Response to "[Investigasi] Kalau Berobat, Permainan Licik Oknum Dokter Hampir Merata di Indonesia. Wajib Baca"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *