Tau gak sih ada mantan Presiden Indonesia yg tak pernah tercatat sebagai presiden Indonesia. Ya mereka bukan presiden yg kala itu Indonesia bukan bernama Indonesia. Indonesia bernama lain. Negara Indonesia pernah mengalami pergantian sistem pemerintahan. Dari kesatuan berubah menjadi serikat dan berubah kembali menjadi kesatuan hingga kini. Demikian jg dgn pemimpinnya / presidennya. Selama 65 tahun berdiri sebagai Negara, telah terjadi berkali-kali pergantian pemimpin di Indonesia. Mulai dari ir. Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono sekarang.
Sebagai penjabat presiden, umumnya orang Indonesia hanya mengenal Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putrie dan Susilo Bambang Yudhoyono. Padahal masih ada dua lagi presiden Indonesia dan jarang sekali disebut. Yakni Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Asaat.
Dua orang ni pernah menjabat sementara ketika eranya Soekarno.
Syafrudin Prawiranegara
Syafrudin Prawiranegara menjabat Presiden/ketua PDRI (Pemerintahan DaruratRepublik Indonesia) ketikaSoekarno dan M. Hatta ditawan Belanda dan ketika ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Agar pemerintahan tetap eksis dan berjalan, akhirnya dibentuklah PDRI dgn Syafrudin Prawiranegara sebagai penjabat presiden.Syafrudin menjabat Presiden Indonesia Darurat sejak 19 Desember 1948.
Sebagai penjabat presiden, umumnya orang Indonesia hanya mengenal Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putrie dan Susilo Bambang Yudhoyono. Padahal masih ada dua lagi presiden Indonesia dan jarang sekali disebut. Yakni Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Asaat.
Dua orang ni pernah menjabat sementara ketika eranya Soekarno.
Syafrudin Prawiranegara
Syafrudin Prawiranegara menjabat Presiden/ketua PDRI (Pemerintahan DaruratRepublik Indonesia) ketikaSoekarno dan M. Hatta ditawan Belanda dan ketika ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Agar pemerintahan tetap eksis dan berjalan, akhirnya dibentuklah PDRI dgn Syafrudin Prawiranegara sebagai penjabat presiden.Syafrudin menjabat Presiden Indonesia Darurat sejak 19 Desember 1948.
Mr. Syafruddin Prawiranegara, / jg ditulis Sjafruddin Prawiranegara (lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911 s/d meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pd umur 77 tahun) adlh pejuang pd masa kemerdekaan Republik Indonesia yg jg pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pd tanggal 19 Desember 1948.
Mr.Assaat
Lahir di sebuah kampung bernama Kubang Putih Banuhampu, pd tanggal 18 September 1904. Memasuki sekolah agama “Adabiah” dan MULO Padang, selanjutnya ke STOVIA Jakarta. Karena jiwanya tak terpanggil menjadi seorang dokter, ditinggalkannya STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMU sekarang). Dari AMS Assaat melajutkan studinya ke Rechts Hoge School (Sekolah Hakim Tinggi) jg di Jakarta. Ketika menjadi studen RHS inilah, beliau memulai berkecimpung dlm gerakan kebangsaan, ialah gerakan pemuda dan politik. Masa saat itu Assaat giat dlm organisasi pemuda “Jong Sumatranen Bond”.
Karir politiknya makin menanjak lalu berhasil menduduki kursi anggota Pengurus Besar dari “Perhimpunan Pemuda Indonesia”. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dlm “Indonesia Muda”, ia terpilih mejadi Bendahara Komisaris Besar ” Indonesia Muda”. Dalam kedudukannya menjadi studen (mahasiswa), Assaat memasuki pula gerakan politik “Partai Indonesia” disingkat Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dgn pemimpin Partindo seperti : Adnan Kapau Gani, Adam Malik, Amir Syarifuddin dan lain-lainnya.
Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, akhirnya tercium oleh profesornya dan pihak Belanda, sehingga dia tak diluluskan walaupun setelah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan demikian, gelora pemudanya makin bergejolak, dia putuskan meninggalkan Indonesia pergi ke negeri Belanda. Di Nederland dia memperoleh gelar “Meester in de rechten” (Sarjana Hukum). Sekitar tahun 1946-1949, di Jalan Malioboro Yogyakarta sering terlihat seorang berbadan kurus semampai berpakaian sederhana sesuai dgn irama revolusi.
Terkadang ia berjalan kaki, kalau tak bersepeda menelusuri Malioboro menuju ke kantor KNIP tempatnya bertugas. Orang ni tak lain adlh Mr. Assaat, yg selalu menunjukkan sikap sederhana berwajah cerah dibalik kulitnya kehitam-hitaman. Walaupun usianya saat itu baru 40 tahun, terlihat rambutnya mulai memutih. Kepalanya tak pernah lepas dari peci beludru hitam. Mungkin generasi sekarang yg berumur 30 sampai 35 tahun, kurang / sedikit sekali mengenal perjuangan Mr. Assaat sebagai salah seorang patriot demokrat yg tak kecil andilnya bagi menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia.
Assaat adlh seorang yg setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pd tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap memperlihatkan dedikasi yg luar biasa. Ia tetap berdiri pd posnya di KNIP, tanpa mengenal pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP, jabatan ni tak pernah terlepas dari tangannya. Sampai kepadanya diserahkan tugas sebagai Acting (Pejabat) Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.
Sebagai ilustrasi dpt dikemukakan, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah hijrah. Pertama di Jakarta, dgn tempat bersidang di bekas Gedung Komidi di Pasat baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Kramat. Karena perjuangan bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi Indonesia, sekitar tahun 1945 dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian pd tahun itu jg KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke Purwokerto, Jawa Tengah. Ketika situasi Purwokerto dianggap “kurang aman” untk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta Badan Pekerjanya
artikel ni di copy dari : Mantan Presiden Indonesia yg Tak Pernah Tercatat
0 Response to "MANTAN PRESIDEN INDONESIA YANG TAK PERNAH TERCATAT 03411"
Posting Komentar