Humor Dewasa Edisi Khusus Kabinet Baru - ni murni sebagai sarana hiburan semata saja tanpa ada maksud untk memojokkan, mengolok-olok, menghina dan / membuat marah, sakit hati dan / kesal pihak tertentu.
Jaman Presiden
Seorang bapak berumur setengah baya berkata,"Hidup paling senang waktu jamannya soekarno dan soeharto. Jamannya Habibie, Gusdur, Megawati dan sby hidup yg paling menyedihkan kurasakan."
Seorang pemuda datang bertanya,
"Mengapa bapak katakan begitu. Nah kalau kamu mau tau dengar. Jamannya Soekarno aku masih anak-anak hidupku senang karena aku masih dimomong karo bapakku dan mbokku, Jamannya Soeharto hidupku senang karena jaman ni aku dikawinkan oleh bapakku tapi kalau jamannya Habibie, Gusdur dan Megawati kesusahan selalu menerpa hidup, bayangin aku harus bekerja untk menghidupi keluargaku isteri dan ke lima anakku, apalagi jaman sekarang, le..le cari yg haram aja susah tau !!!"
Menperindag
Suatu ketika, Menperindag M Jusuf Kalla mengunjungi pabrik semen Padang. Di mobil, Kakanwil bilang kepadanya, Dirut tak ada karena ada urusan lain.
Sesampai di pabrik, seseorang menjemput dgn ramah dan hormat. "Dia protokol perusahaan," kata Kakanwil. Dalam hati, Jusuf Kalla membatin, sebagai menteri ia terlalu disepelekan.
Lalu, penjemput tadi maju ke podium, berpidato. "Siapa yg berpidato itu?" tanyanya kepada Kakanwil.
Kakanwil bertanya kepada seseorang. "Pak, itu dirutnya!" ujarnya sambil tersipu malu.
Sidang Kabinet
Sidang kabinet dilakukan tiap Rabu. Laporan menteri sudah dibuat standar, sudah baku, dari sejak masa Pak Harto, misalnya tentang harga-harga dan inflasi. Sidang berlangsung dua-tiga jam.
Sidang dibuka Gus Dur kemudian pimpinan dilanjutkan Mega. Laporan umum dimulai Pak Kwik, sepuluh menit. Gus Dur masih serius. Menyusul laporan Menkeu, penuh angka terinci tentang uang, inflasi dan lain-lain. Gus Dur mulai tak tertarik. Kepalanya sudah tak tegak lagi dan terkesan ingin istirahat.
Lalu giliran Menperindag melapor. Selalu sial. Gus Dur sedang asyik istirahat di tempat. Mega mendengarkan dgn sesekali mencatat. Giliran menteri-menteri lain berbicara. Kemudian Mega memberi kode tertentu agar istirahat Gus Dur diakhiri. Gus Dur lalu bangun.
Melihat presiden sudah sadar kembali, menteri-menteri lain mengangkat tangan minta bicara, misalnya Khofifah, Erna Witoelar dan Ryaas Rasyid. Ada pula menteri yg tak bicara sama sekali.
Kemudian yg muncul di depan wartawan adlh catatan-catatan Marsilam Simanjuntak. Berupa rentetan catatan pembicaraan.
Pajak
Kebijakan pajak di Batam sudah diputuskan Menkeu Bambang Sudibyo. Kemudian Bambang bertugas ke luar negeri. Lalu Menperindag ditunjuk selaku Menkeu ad interim.
Dalam sidang kabinet, Gus Dur marah: "Saudara tahu kan kebijakan saya, jangan dikenakan pajak di Batam. Itu akan mengurangi investasi. Saudara tak mengerti kemauan saya." Macam-macamlah kata-kata yg keluar ketika itu.
Begitu Gus Dur berhenti bicara, Menkeu ad interim minta bicara lagi. "Boleh saya bicara, Presiden? Saya bingung, Bapak selalu minta kita taat pd Letter of Intent IMF. Pengenaan pajak di Batam ni ada di LoI, ada di butir 18."
Ia menyebut butir 18 untk lebih jelas dan meyakinkan. Padahal sebenarnya ia asal sebut saja. Karena ia yakin tak ada menteri yg hafal nomornya.
Presiden diam, tak menanggapi. Menteri-menteri lain pun diam seraya melihat ke arah Menperindag yg merangkap Menkeu ad interim itu. Dalam hati ia berharap, agar presiden tak menjadi diktator. Eh, beberapa hari kemudian Sang Menteri dicopot dari jabatannya.
Misi Dagang
Suatu ketika, Sang Menteri dan 35 orang rombongan misi dagang lagi berkunjung ke Afrika Selatan. Hari itu, tepatnya tanggal 30 Maret 2000, saat masih tidur di Hotel Hilton Johanesburg, Sang Menteri dipanggil pulang segera oleh presiden.
Ia pun pulang, sementara rombongan meneruskan misinya. Begitu tiba di Jakarta esok harinya, ia langsung telepon Alwi Shihab. "Ada apa ini? Kenapa saya dipanggil?
Alwi mengajaknya bertemu di Hotel Borobudur. Di situ, Alwi mengatakatan Gus Dur mempersoalkan kepergiaannya ke luar negeri. Karena itu, ia akan diganti.
Petang harinya, bersama Alwi, ia bertemu Gus Dur. Begitu ketemu, Gus Dur bertanya: "Sudah tahu mengapa saya panggil?
"Saya tak tahu Gus."
"Begini. Saudara ke luar negeri padahal sementara banyak pekerjaan LoI yg belum Saudara kerjakan. Kenapa?"
"Pak Presiden, saya ke luar negeri atas izin Bapak, lisan dan tertulis dari Sekneg.Ada enam tugas saya sebagai menteri perdagangan dari LoI. Lima telah selesai. Satu lagi belum, karena tergantung DPR." jelas Sang Menteri.
"Yang lainnya?"
"Sudah saya serahkan kepada IMF."
Lalu, Gus Dur diam. Tidak ada pengakuan salah / minta maaf. Begitu saja. Kemudian, Sang Menteri melirik Alwi, memberi kode, agar mereka ke luar.
Sesampai di luar, ia bertanya: "Wi, saya dipecat / apa?
"Kalau begitu, tak ada apa-apa," jawab Alwi.
Jabatan
Jabatan Kabulog yg dirangkap Memperindag diserahterimakan kepada Rizal Ramli. Hari itu, 3 April 2000, ia sedang dlm mobil menuju tempat serah terima. Menlu Alwi Shihab menelepon, bertanya: "Berapa uang Bulog yg dikasih lewat Suwondo?"
"Tidak ada!" jawabnya.
"Tolong cek. Ada itu," kejar Alwi.
Ia pun teringat pd peristiwa tiga bulan sebelumnya, Sapuan minta uang kepadanya. Ia pun langsung menghubungi Sapuan: "Anda keluarkan uang tidak?"
"Ya, Pak!" jawab Sapuan.
"Berapa banyak?"
"Tiga puluh lima milyar."
"Uang siapa?"
"Yanatera."
"Untuk siapa?"
"Untuk presiden melalui Suwondo."
Lalu, ia menenelon Alwi. "Alwi, memang ada pengeluaran dari Yanatera."
"Berapa?" tanya Alwi.
"Tiga puluh lima."
"Kalau begitu tak sampai semua."
Seorang bapak berumur setengah baya berkata,"Hidup paling senang waktu jamannya soekarno dan soeharto. Jamannya Habibie, Gusdur, Megawati dan sby hidup yg paling menyedihkan kurasakan."
Seorang pemuda datang bertanya,
"Mengapa bapak katakan begitu. Nah kalau kamu mau tau dengar. Jamannya Soekarno aku masih anak-anak hidupku senang karena aku masih dimomong karo bapakku dan mbokku, Jamannya Soeharto hidupku senang karena jaman ni aku dikawinkan oleh bapakku tapi kalau jamannya Habibie, Gusdur dan Megawati kesusahan selalu menerpa hidup, bayangin aku harus bekerja untk menghidupi keluargaku isteri dan ke lima anakku, apalagi jaman sekarang, le..le cari yg haram aja susah tau !!!"
Menperindag
Suatu ketika, Menperindag M Jusuf Kalla mengunjungi pabrik semen Padang. Di mobil, Kakanwil bilang kepadanya, Dirut tak ada karena ada urusan lain.
Sesampai di pabrik, seseorang menjemput dgn ramah dan hormat. "Dia protokol perusahaan," kata Kakanwil. Dalam hati, Jusuf Kalla membatin, sebagai menteri ia terlalu disepelekan.
Lalu, penjemput tadi maju ke podium, berpidato. "Siapa yg berpidato itu?" tanyanya kepada Kakanwil.
Kakanwil bertanya kepada seseorang. "Pak, itu dirutnya!" ujarnya sambil tersipu malu.
Sidang Kabinet
Sidang kabinet dilakukan tiap Rabu. Laporan menteri sudah dibuat standar, sudah baku, dari sejak masa Pak Harto, misalnya tentang harga-harga dan inflasi. Sidang berlangsung dua-tiga jam.
Sidang dibuka Gus Dur kemudian pimpinan dilanjutkan Mega. Laporan umum dimulai Pak Kwik, sepuluh menit. Gus Dur masih serius. Menyusul laporan Menkeu, penuh angka terinci tentang uang, inflasi dan lain-lain. Gus Dur mulai tak tertarik. Kepalanya sudah tak tegak lagi dan terkesan ingin istirahat.
Lalu giliran Menperindag melapor. Selalu sial. Gus Dur sedang asyik istirahat di tempat. Mega mendengarkan dgn sesekali mencatat. Giliran menteri-menteri lain berbicara. Kemudian Mega memberi kode tertentu agar istirahat Gus Dur diakhiri. Gus Dur lalu bangun.
Melihat presiden sudah sadar kembali, menteri-menteri lain mengangkat tangan minta bicara, misalnya Khofifah, Erna Witoelar dan Ryaas Rasyid. Ada pula menteri yg tak bicara sama sekali.
Kemudian yg muncul di depan wartawan adlh catatan-catatan Marsilam Simanjuntak. Berupa rentetan catatan pembicaraan.
Pajak
Kebijakan pajak di Batam sudah diputuskan Menkeu Bambang Sudibyo. Kemudian Bambang bertugas ke luar negeri. Lalu Menperindag ditunjuk selaku Menkeu ad interim.
Dalam sidang kabinet, Gus Dur marah: "Saudara tahu kan kebijakan saya, jangan dikenakan pajak di Batam. Itu akan mengurangi investasi. Saudara tak mengerti kemauan saya." Macam-macamlah kata-kata yg keluar ketika itu.
Begitu Gus Dur berhenti bicara, Menkeu ad interim minta bicara lagi. "Boleh saya bicara, Presiden? Saya bingung, Bapak selalu minta kita taat pd Letter of Intent IMF. Pengenaan pajak di Batam ni ada di LoI, ada di butir 18."
Ia menyebut butir 18 untk lebih jelas dan meyakinkan. Padahal sebenarnya ia asal sebut saja. Karena ia yakin tak ada menteri yg hafal nomornya.
Presiden diam, tak menanggapi. Menteri-menteri lain pun diam seraya melihat ke arah Menperindag yg merangkap Menkeu ad interim itu. Dalam hati ia berharap, agar presiden tak menjadi diktator. Eh, beberapa hari kemudian Sang Menteri dicopot dari jabatannya.
Misi Dagang
Suatu ketika, Sang Menteri dan 35 orang rombongan misi dagang lagi berkunjung ke Afrika Selatan. Hari itu, tepatnya tanggal 30 Maret 2000, saat masih tidur di Hotel Hilton Johanesburg, Sang Menteri dipanggil pulang segera oleh presiden.
Ia pun pulang, sementara rombongan meneruskan misinya. Begitu tiba di Jakarta esok harinya, ia langsung telepon Alwi Shihab. "Ada apa ini? Kenapa saya dipanggil?
Alwi mengajaknya bertemu di Hotel Borobudur. Di situ, Alwi mengatakatan Gus Dur mempersoalkan kepergiaannya ke luar negeri. Karena itu, ia akan diganti.
Petang harinya, bersama Alwi, ia bertemu Gus Dur. Begitu ketemu, Gus Dur bertanya: "Sudah tahu mengapa saya panggil?
"Saya tak tahu Gus."
"Begini. Saudara ke luar negeri padahal sementara banyak pekerjaan LoI yg belum Saudara kerjakan. Kenapa?"
"Pak Presiden, saya ke luar negeri atas izin Bapak, lisan dan tertulis dari Sekneg.Ada enam tugas saya sebagai menteri perdagangan dari LoI. Lima telah selesai. Satu lagi belum, karena tergantung DPR." jelas Sang Menteri.
"Yang lainnya?"
"Sudah saya serahkan kepada IMF."
Lalu, Gus Dur diam. Tidak ada pengakuan salah / minta maaf. Begitu saja. Kemudian, Sang Menteri melirik Alwi, memberi kode, agar mereka ke luar.
Sesampai di luar, ia bertanya: "Wi, saya dipecat / apa?
"Kalau begitu, tak ada apa-apa," jawab Alwi.
Jabatan
Jabatan Kabulog yg dirangkap Memperindag diserahterimakan kepada Rizal Ramli. Hari itu, 3 April 2000, ia sedang dlm mobil menuju tempat serah terima. Menlu Alwi Shihab menelepon, bertanya: "Berapa uang Bulog yg dikasih lewat Suwondo?"
"Tidak ada!" jawabnya.
"Tolong cek. Ada itu," kejar Alwi.
Ia pun teringat pd peristiwa tiga bulan sebelumnya, Sapuan minta uang kepadanya. Ia pun langsung menghubungi Sapuan: "Anda keluarkan uang tidak?"
"Ya, Pak!" jawab Sapuan.
"Berapa banyak?"
"Tiga puluh lima milyar."
"Uang siapa?"
"Yanatera."
"Untuk siapa?"
"Untuk presiden melalui Suwondo."
Lalu, ia menenelon Alwi. "Alwi, memang ada pengeluaran dari Yanatera."
"Berapa?" tanya Alwi.
"Tiga puluh lima."
"Kalau begitu tak sampai semua."
source : http://hadneonsert.blogspot.com, http://hipwee.com, http://cnn.com
0 Response to "HUMOR DEWASA EDISI KHUSUS KABINET BARU 86272"
Posting Komentar